Posts

Showing posts from September, 2016

Letter to the Bride

Image
Dear Lele,  I am writing this letter while eating mushroom satay that Mudji Idrus bought me this afternoon. It tastes like chicken, it looks like it too, it’s yummy but I felt odd when I looked at it then I took it out from its stews and put it in the bowl, then mixed it with Sambal to make it look like what it really is. It is much away more tasty and make me feel better. Well, I am glad that you get married in this age, 20 f****n 9.  I think 21 st century girls believe that parents should be a great educator for their kids, have to have enough fund and indeed have to be extremely great lover. I think you are pretty well-prepared.   How was your bride-to-be syndrome, was it bad? I am still wandering what questions that popped up from your brain.  “Is this the right choice? Would I be happier if I get married? Is he really the guy that I want to spend my life with? Can he be the best daddy for my kids?” Did you have this sort of questions? I bet you did. Lele,

Rindu, Lamunan Pendek dan Pertunjukan Contemporary Art BBLS 2016

Image
“Kemajuan suatu bangsa bisa dilihat dari seberapa besar masyarakatnya menghargai seni” Tari Dingklik Sinden Undangan untuk menonton sebuah pertunjukan Contemporary Art tidak mungkin saya tolak. Semenjak kembali dari negeri Paman Sam, hampir lebih dari tiga  bulan saya tidak menonton pentas seni, tidak menulis tentang seni, tidak mengambil photo berbagai kegiatan yang dilakukan seniman dan bahkan belum pernah menyempatkan diri untuk melihat karya-karya installation art dari karya seniman-seniman Lombok dan Sumbawa sendiri. Di sela kamis yang padat, tanggal 14 September malam, saya meluangkan waktu khusus untuk datang ke acara Contemporary Art Performance yang juga merupakan bagian dari Bulan Budaya Lombok-Sumbawa (BBLS) 2016. Saat memasuki ruangan, ruang pertunjukan utama Taman Budaya terasa asing. Ruang ini diisi dengan kursi-kursi merah yang tertata rapi seperti suasana gedung-gedung bioskop di mall-mall besar. Lantainyapun beralaskan karpet abu yang bersih. Kipas kec

Ide Blogging Dari Yusran Darmawan

Image
Setiap penulis pasti memiliki cara tersendiri untuk menemukan ide yang ingin dituangkan pada screen mereka bahkan biasanya ide-ide tersebut akan muncul pada moment-moment tertentu. Dari yang menjadikan toilet dan kamar mandi sebagai tempat berkontemplasi paling sakral sampai coffee shop yang mereka sebut sebagai kantor mereka. Minggu pagi tanggal 10 Septemper, blogger researcher , Yusan Darmawan hadir di tengah acara Temu Lombok Sumbawa Blogger yang juga merupakan rangkaian acara dari Bulan Budaya Lombok Sumbawa 2016 untuk berbagi tentang ide-ide menulis di blog. Lelaki yang akrab dipanggil Bang Yusran ini membuka sesi sharingnya dengan sebuah kutipan dari Indonesian Literary Giant Pramoediya Ananta Toer yang menyatakan “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Dalam penjelasannya ia mematahkan berbagai mitos-mitos yang membuat seseorang tertahan unt

Book Review: Into the Wild

Image
Jika kamu seorang traveler, pastinya kamu pernah membaca atau mendengar tentang buku ini “Into the Wild,” Sebuah buku non-fiksi yang ditulis oleh wartawan America bernama Jon Krakauer. This book is deeper than deep karena menyajikan sisi lain dari sebuah perjalanan. Sebuah jalan di mana seseorang bisa menemukan dirinya kembali atau bahkan hilang dan meninggalkan nama. Sebelum menulis buku ini Jon Krakauer menulis artikel lebih dari 90.000 kata terkait dengan kisah perjalanan hidup Christopher McCandless, dan sekitar setahun, Krakauer menggali lebih dalam dan membukukan jalan cerita yang membuat McCandles menempuh hidup yang ia pilih. Ringkasan Cerita Pada bulan April 1992 Christopher Johnson McCandless yang kemudian mengganti namanya menjadi Alexander Supertram melakukan perjalanan menuju Stempede Trail, Alaska. McCandless adalah seorang lelaki muda yang baru lulus dari Universitas Emory, California. Ia lelaki yang pintar dan juga seoarang athlete. Sebelum melakukan per

Mencari Jackie Chen di Hollywood Walk of Fame

Image
"Many times the places that I want to see is not like what I expected, it can be better or vice versa, and accept what they are is a part of a great trip" Dari Hollywood Sign saya melanjutkan perjalanan ke Hollywood Boulevard dengan menaiki bis yang sama yang hanya memakan waktu kurang dari 10 menit. Hal pertama yang saya lakukan di Boulevard ini mencari department store yang berada di sekitar sini. Di sepanjang trotoar tertulis nama aktor, aktris, film maker dan entertainer Hollywood. Ya inilah salah satu cara orang Amerika menghargai senimannya. Trotoar yang bertuliskan nama aktor dan akris Hollywood ini dikenal dengan nama Hollywood Walk of Fame. Walaupun begitu, ada banyak nama yang kurang terkenal karena mereka adalah artis dan aktor dari begrbagai zaman. Kalau diperhatikan, di setiap bintang, tepat di bawah nama selebriti tersebut terdapat sebuah lingkaran berwarna emas dengan berbagai symbol yang menunjukkan mereka masuk ke dalam kategori apa. Misa

Di Hollywood Sign

Image
"Once I was a tourist and I did Cheesy things" Setelah Las Vegas, tujuan berikutnya adalah Los Angeles. Saya sengaja mengambil bis malam dari Las Vegas ke kota ini untuk menghemat biaya. Saat keluar dari terminal Greyhound, saya cukup terkejut dengan keadaan Los Angeles.   Homeless berserakan di jalan, beberapa membangun tenda dan rumah kardus di tepi Jalan. Saya mengambil camera dan menzoom pemandangan ini, mengclick tombol beberapa kali. Semua gambar yang saya tangkap blur karena getaran bis kota yang saya tumpangi. Saya tidak mencoba lagi, saya diam dan duduk manis di antara penumpang sambil memandang ke luar. Los Angeles tidak sepenuhnya seperti sebagian besar film yang di gambarkan Hollywood. Semakin jauh bis melaju, tenda-tenda homeless tak terlihat lagi. Pemandangan berganti, terlihat jalan-jalan yang bersih tanpa sampah, gedung-gedung tinggi seperti menusuk badan langit. Saya turun di pemberhentian terakhir. Supir bis menawarkan saya untuk membeli

Grand Canyon, Grand Trip

Image
“Siapa yang tidak mengenal tempat ini, salah satu dari tujuh keajaiban dunia” Malam pertama di Las Vegas, saya habiskan setengahnya dengan mengecek paket-paket  yang ditawarkan travel agency. Pilihan paket tour jatuh pada Grand Canyon South Rim. South Rim adalah bagian yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan karena menawarkan bus trip yang harganya  ekonomis sekitar USD 80. Tercatat pula waktu yang dihabiskan di Grand Canyon sekitar 3 jam. Sayapun membeli paket tour tersebut secara online. Karena saya memesan tour sangat mepet dengan waktu keberangkatan jadi saya mengimail dan kemudian menelpon travel agency tersebut. Operatornya memberi tahu saya meeting point di mana saya akan dijemput oleh bis. Sebelum tidur saya meminta receptionist hotel untuk memprint tiket tour saya. Siang dan malam selalu terasa sangat singkat saat saya berada di tempat baru . I wish I could delete sleep to have extra time…but hell my body need it . Pagi buta sekitar jam 5.30 pagi saya kel

Las Vegas The Sin City

Image
“Orang bilang kalau datang ke kota ini tidak sah kalau tidak melakukan dosa” Sebelum datang ke kota ini memang hampir semua teman saya mengatakan kalau tempat ini hanya gurun gersang yang tidak akan hidup tanpa judi, seks dan berbagai hiburan lainnya. Dan akhirnya, mau tidak mau saya harus menginjakkan kaki saya di Las Vegas. Tempat ini tidak saya masukkan ke dalam list utama perjalanan saya namun karena akses ke Grand Canyon lebih murah dari Arizona sayapun memesan tiket Phoenix- Las Vegas, meninggalkan Keating Avenue Apartement, Mesa, tempat saya singgah beberapa hari. Diana, teman saya menelphon Uber untuk mengantarkan saya ke terminal bis yang berada di pusat kota Phoenix. Tiket Grayhound seharga USD 30 membawa saya ke Las Vegas dalam waktu 9 jam. Perjalanan ini terasa cepat, saya tidak hanya menghabiskannya dengan tidur dan membaca, saya mengambil video wajah Arizona. Pemandangan kaktus-kaktus raksasa dan berbagai tanaman gurun sangat unik. Saya juga melewati beberapa