Bersama Puisi Dalam Karantina
Sebagai seorang penulis, saya hampir tidak memikirkan salah benar suatu puisi. Saya punya kecenderungan mencari apa yang bisa saya bawa pulang dari puisi yang saya baca untuk bekal menulis selanjutnya, terlebih lagi jika saya tahu kualitas bacaan penyairnya. Sebagai pembaca, saya sering merasa bahwa puisi-puisi lebih mencintai saya ketimbang penulisnya, mungkin saya terlalu percaya diri , tidak terkecuali puisi “Jika Nanti Aku Tiba Padamu ” yang menemani saya dalam karantina. Puisi ini ditulis oleh Dedy Hermansyah. Saya mengenalnya pertama kali pada suatu malam di sebuah cafĂ© saat menemani teman saya rapat persiapan Kelas Inspirasi. Saya diharuskan bertemu dengan lelaki pecinta kucing ini karena pasti ia sudah membaca buku-buku langka yang pernah atau mungkin belum saya baca. Puisi “Jika Nanti Aku Tiba Padamu” tidak membuat saya lelah mendaki makna kata-kata namun mempertanyakan diri tentang masalah yang dihadapi generasi milenial—generasi sedih yang setiap hari mema