Ruang untuk Karyamu Di mana?
Bulan lalu saya mengikuti Literary Festival yang diadakan oleh Gramedia secara online, di mana editor, penulis dan penikmat sastra berkumpul guna mendengar diskusi dari penulis-penulis terbaik Indonesia. Sesi yang saya ikuti diempu oleh Eka Kurniawan penulis Man Tiger. Hal yang menjadi topik dasar dalam diskusi ini adalah bagaimana sastra Indonesia bisa mendapatkan ruang dalam sastra global bukan sastra dunia . Menurut Eka, istilah sastra dunia kurang adil mengingat untuk memasukkan suatu karya ke dalam kategori sastra dunia tidak melalui seleksi yang berstandar seperti sepak bola atau seperti kompetisi-kompetisi lainnya. Karya dihasilkan bisa jadi saat penulis mabuk atau saat penulis sedang setengah sadar. Tidak ada aturan bermain yang sama. Bagaimana bisa menentukan juara sastra dunia? In fact, however, ada seleksi dan filter yang bias dan bukan merupakan ruang bersama karena dominasi bahasa tertentu seperti Bahasa Inggris misalnya. Bagaimana denga sastra-sastra yang tidak dituli...