Menikmati Lombok Coffee Festival 2018 di Sundancer
"Setelah menangis, Lombok kembali tersenyum di depan kopi"
Do you drink coffee? Jawaban ya atau tidak sebenarnya tidak akan merubah bagaimana kopi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita. Jika kamu mengecek dapur ibumu, pasti kamu akan menemukan kopi sedang bersanding dengan gula, di tempat kerjamu kopi disediakan untuk para karyawan dan di setiap warung yang kamu singgahi, kopi menjadi minuman wajib untuk dijual. Kopi juga merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia di dunia. Coffee Culture yang kuat tumbuh di negara-negara tropis penghasil kopi seperti negara-negara di Amerika Latin dan pastinya di Indonesia.
Di Indonesia sendiri jika seseorang mengajakmu untuk minum
kopi bersama itu artinya orang tersebut ingin lebih akrab denganmu. Saat kamu
berpetualang ke daerah pedesaan seperti di Pulau Lombok, warga desa akan
menyapamu dan menawarimu kopi. Tahun ini Wyndham Sundancer Resort Lombok menjadi tuan
rumah sekaligus penggagas Lombok Coffee
Festival pertama di Nusa Tenggara Barat dengan agenda utama Coffee Art Competition yang bertujuan untuk membangun kembali gairah pariwisata Lombok pasca gempa.
Lombok Coffee Art
Competition
Tepatnya di depan Beach Club Sundancer, taxi Blue Bird yang
saya tumpangi berhenti. Kemudian melakah keluar, memasuki sebuah pintu gerbang
elegan dan disambut oleh senyum hangat para pegawai yang mengenakan seragam biru.
Dari depan pintu Samudra Hindia, dengan beberapa gili terbingkai dalam
pilar-pilar besar penyangga atap alang-alang dengan lantai pasir. Di dalamnya 38
profesional barista dari berbagai café dan hotel yang ada di Pulau Lombok dan
Sumbawa berkumpul untuk menunjukkan keahlian mereka dalam merangkai kopi. Dari
38 peserta dua di antaranya adalah perempuan-perempuan muda. Setiap peserta
diberikan waktu sekiar 4 menit untuk menyelesaikan karyanya. Racikan kopi-kopi
mereka diiringi musik yang membuat peserta dan penonton semakin bersemangat.
Juri dalam kompetisi ini berasal dari Asosiasi Chef Indonesia,
Asosiasi General Manager NTB, ASITA dan Senior Professional Barista. Kriteria
penilaiannya terdiri dari ketepatan, kecepatan, kebersihan, keindahan, taste, plating dan closing. Kopi yang dilombakan ada dua yaitu Hot Coffee dan Cold
Coffee.
Aeni from Cafe Pancingan |
Dalam kompetisi ini, pengunjung juga diberikan kesempatan
untuk mencoba racikan kopi dari para barista (I had double) dan berkesempatan mendapatkan oleh-oleh kopi. Saat azan mulai berkumandang, musik dimatikan, para
peserta dan pengunjung yang beragama Islam dipersilahkan untuk melakukan sholat
zuhur. Konsep berugaq musholla yang berhadapan dengan pantai membuat para
pengunjung merasa lebih dekat dengan Tuhan dan seperti berada di rumah.
Semakin matahari bergeser ke barat, pengunjung semakin ramai.
Hingga akhirnya kompetisipun usai dan dimenangkan oleh barista berhijab yang
bernama Aeni. Perempuan berusia 21 tahun ini bekerja di Café Pancingan Mataram.
Ada 5 pemenang yang mendapatkan hadiah dan semua peserta mendapatkan sertifikat. Lombok Coffee Festival telah dijadikan agenda
tahunan.
Festival berikutnya adalah Festival Begibung yang mengusung
konsep desa wisata. Festival ini akan menjembatani para touris untuk mengenyam
budaya Lombok melalui table manner
dan cita rasa makanan khasnya. Selain itu pemilihan Putri Indonesia Provinsi
NTB dan Putri Indonesia tingkat Nasional akan diadakan di Sundancer. Jangan
lupa Cek Calender Sundancer atau follow instagram dan fanspage facebooknya untuk terus
mendapatkan informasi event dan festivals yang akan diselenggarakan berikutnya.
Coffee and Venue Energy
Selain menjadi bagian dari symbol suatu budaya baik klasik
maupun milenial, kopi memberikan energi pada penikmatnya terutama mereka yang
berprofesi sebagai penulis. Kandungan
kafein dan sensasi pahit dalam kopi menemani penulis untuk mencari ide dan
berpikir dalam alam sadarnya. Banyak penulis memilih untuk menyelesaikan
tulisan-tulisannya di Coffee Shop, apakah kamu salah satu di antaranya? Pernah
mencoba minum kopi di tepi pantai, di antara jeda menulis kamu bisa menyaksikan
matahari terbit dan menyaksikan matahari tenggelam? Pada malam hari saat bulan
purnama, lampu di Beach House Sundancer akan dimatikan untuk menikmati
pencahayaan alami dan ketenangan pantai selatan Pulau Lombok. If you’ve never
done this, you really have to put it in your bucket list! Tempat ini juga sangat cocok untuk hang out baik bersama teman atau pun keluarga. Venue energi tempat
ini akan menambah semangatmu dalam bekerja especially
in your weekdays dan akan membuatmu kembali berkali-kali.
Belum ke sini, tapi saya udah taruh di bucket list saya!
ReplyDelete