Fall Play: Six Characters in Search of An author

Sebelum memasuki Ballantyne Auditorium, saya berdiri di depan meja sambil memperhatikan papan kecil bertuliskan info tiket masuk, USD 10 untuk umum dan tentu saja gratis untuk mahasiswa Kirkwood. Sebelum saya mengeluarkan kartu Mahasiswa, perempuan berambut pirang memberikan tiket biru dengan tangan kirinya. “No need to show it, I’ve seen you a lot.” Wajah saya memang cukup dikenal karena sering mondar mandir di berbagai event untuk mengambil photo. Tapi khusus hari itu, saya meninggalkan kamera saya, supaya lebih fokus karena Drama ini terkenal dengan plotnya yang cukup complex.

Setelah menggenggam tiket, sayapun mengambil sebuah buku yang terdiri dari 4 halaman termasuk covernya. Buku ini berisi informasi tentang tokoh, sutradara, costume designer, staff pendukung dan sekilas tentang drama yang akan di tampilkan.   Six Characters in Search of An author adalah karya terbaik dari Luigi Pirandello, penulis dan sastrawan, pemenang Nobel Prize tahun 1934. Drama in telah dipentaskan hampir di seluruh dunia. Dalam drama ini Pirandello memberi gambaran yang dalam tentang konflik antara seni dan kehidupan, kebenaran yang bersifat relatif dan identitas yang hilang. Extremely philosophical!


Drama di mulai sesuai jadwal. Saya duduk di barisan ke 4, lampu panggung dipenuhi cahaya, berlawanan dengan lampu yang berada di langit-langit yang menaungi penonton. Drama dimulai, sambutan untuk para penonton sudah termasuk di dalam drama tersebut. Yeah Pirandello sepertinya suka memberi kejutan. “I thought there is no opening” Kata salah satu penonton di belakang saya.



Dalam drama ini diceritakan seorang sutradara yang sedang berlatih untuk pementasan drama. Di tengah latihan, enam orang yang terdiri dari dua anak kecil, dua lekali dewasa dan dua perempuan dewasa tiba-tiba datang mengintrupsi latihan mereka. Tanpa ragu keenam tokoh tersebut mengaku sedang mencari seorang author. Tentu saja sang sutradara tertawa dengan kegilaan tokoh tokoh yang mengaku lahir dan mencari seorang penulis. Walaupun diusir dan ditertawakan, keenam tokoh tersebut memasuki panggung tempat sutradara dan para pemain drama berlatih.   Satu dari 6 tokoh tersebut, Sang Ayah kemudian menjelaskan bahwa penulis mereka sebelumnya tidak adil dan tidak mengakui sandiwara kehidupan dan keabadian mereka. Merekapun mulai menceritakan dan memerankan kehidupan mereka. Tokoh lainnya adalah Anak Tiri. Ia mulai menjelaskan hubungan terlarangnya dengan sang Ayah.  Namun setelah mengetahui semuanya, dia tidak tahan melihat janda, sang Ibu yang menderita. Sang sutradarapun semakin bingung. “Bagaimana bisa Ibumu menjadi janda, Ayahmu di depanmu, dia masih hidup?” tanya sang sutradara melupakan latihannya. Sang anak tiripun menjelaskan bahwa ayahnya yang juga merupakan ayah dari dua adiknya telah meninggal dua bulan yang lalu. Sebelumnya ibunya menikah dengan ayah yang ia kencani. Mereka memiliki satu anak laki-laki yang tidak jauh lebih muda darinya. Ibunya juga sangat ingin melihat anak laki-lakinya yang sudah tumbuh dewasa yang ia tinggalkan bersama sang ayah.  Namun sang ayah mengirim anak laki-lakinya untuk hidup di kota lain.  Sang sutradarapun semakin tertarik, drama berlanjut.


Saya mengubah posisi duduk saya. Sesekali saya menoleh ke belakang. Semua penonton tampak mengkerutkan kening, beberapa membawa buku catatan. Sepertinya drama ini adalah drama wajib yang ditonton oleh mahasiswa yang mengambil kelas theater. Saat menonton drama ini sayapun semakin bingung. Yang paling saya suka dari drama ini adalah penggunaan bahasa sastra, aktor dan aktris yang tampil sangat professional dan tentu saja telah melalui tahap casting. Drama berakhir dengan suara efek tembakan yang mengagetkan semua penonton, dilannjutkan dengan penghormatan penutup para pemain drama yang diikuti dengan tepuk tangan yang meriah dari penonton.


Saat keluar dari auditorium, Rick D. Anderson, sutradara drama ini sedang berdiri bangga menatap panggung yang sudah kosong. Sayapun melemparkan senyuman saat mata kami bertemu. “Did you get some good shots yesterday during the rehearsal?”  sapanya hangat.  “I did, will be on the paper in November”

Kalau menonton drama ini sebaiknya membaca terlebih dahulu ringkasan ceritanya, karena plotnya seperti buku-buku yang tulis oleh Dan Brown, sangat menarik dan membutuhkan banyak konsentrasi. Selain itu sangat tidak disarankan untuk mengajak anak-anak karena ada beberapa adegan dewasa dan suara tembakan. 

Comments

Popular posts from this blog

Esai AAS: Kamu Melamar Apa atau Siapa?

Anatomi Essay Penerima Beasiswa CCIP

ESSAY REVIEW: Perempuan Penerima Tiga Beasiswa