Padang Pasir Mui Ne Tanpa Shah Rukh Khan

Sejak hari pertama di Saigon, saya mulai mencoba berbicara Bahasa Inggris sepelan mungkin untuk mengurangi misunderstanding yang terjadi setiap menit. Setalah berbicara dengan travel consultant muda di salah satu travel agency yang terletak di jalan Pham Ngu Lau, kami bertiga memutuskan untuk mengambil paket tour ke Mui Ne. Paket wisata ini super murah ditambah lagi diskon yang kami dapatkan karena memesan tiga paket. Dan mungkin alasan kedua karena kami terlihat sangat muda dan Ngok, the travel consultant mengerti kami adalah budget traveler.




Keesokan harinya kami bangun jam 5 pagi dan berada di titk kumpul sebelum jam 7. Waktu tempuh dari Saigon ke Mui Ne sekitar 4 jam. Dalam perjalanan saya tidur sekitar dua jam karena tempat duduk di dalam bis benar-benar terasa seperti tempat tidur. Saat semua tirai ditutup, interior bis terlihat seperti asrama kecil. Bis ini berhenti sekitar dua kali di pusat pembelian oleh-oleh.


Setelah mencapai pusat kota Mui Ne, kami dijemput oleh mobil jeep. Mereka membawa daftar nama kami bertiga dan memastikan kalau kami adalah tamunya. Supir dan guide yang kami dapatkan sangat muda, tampaknya mereka baru saja lulus SMA. Bahasa Inggris yang minim dengan gerak tangan menjadi satu-satunya jalan untuk saling mengerti. We often laugh to each other because of so many misunderstandings. I keep many questions about Mui Ne in my head. Kami juga sadar bahwa ternyata kami akan mengunjungi 4 destinasi wisata, bukan satu destinasi seperti yang dijelaskan oleh Ngok. Alhasil ini menjadi misunderstanding dan surprise yang menyenangkan untuk kami bertiga. Mui Ne adalah kota kecil yang terletak di provinsi Binh Thuan, tepatnya di daerah sekitar Laut Cina Selatan.

Destinasi pertama adalah sebuah sungai kecil dengan aliran air dengan ketinggian dari mata kaki hingga betis. Dasar sungai berpasir lembut menjadikan sungai ini sebagai area trekking yang menyenangkan untuk sampai pada pemandangan utama hanya mmembutuhkan waktu sekitar 30 menit. Di sepanjang sungai terdapat bukit-bukit yang tanahnya berwarna kuning kemerah-merahan yang membentuk berbagai bentuk. Terdapat pula pedagang yang menjajakan beragam buah-buah tropis.

Dari tempat ini kami meneruskan perjalan, kami berhenti di sebuah rumah makan tepi pantai di mana mata kami dimanjakan dengan pemandangan desa nelayan. Perahu-perahu biru mereka yang berbentuk lingkaran menyita perhatian karena jauh berbeda dengan perahu-perahu nelayan pada umumnya. Saat menuruni tangga menuju pantai,  saya kecewa karena pantainya kotor, sampah plastik kiriman dari laut merusak pemandangan dan ekosistem pantai ini. Saat asik mengambil foto, suara guide saya terdengar lirih meminta saya untuk kembali dan melanjutkan perjalanan menuju destinasi utama. Seandainya saya bisa Bahasa Vietnam, saya bisa mendengar perspektif lokal, tidak hanya menggantungkan diri pada informasi-informasi yang saya baca di Mbah Google.




Dalam waktu yang singkat, akhirnya Mui Ne di depan mata, suara padang pasir menyentuh genderang telinga dan pemandangan model-model dengan gaun-gaun mereka sedang melakukan photoshoot membuat saya merasa seperti dalam pembuatan video klip film-film Bollywood. Ingat lagu ini?

Suraj hua maddham, chaand jalne Laga
Aasmaan yeh Haai kyoon pighalne laga

Main thehra raha, zameen chalne lagi
Dhadka yeh dil, saans thamne lagi
Oh, kya yeh mera pehla pehla pyaar hai

Terdapat tiga titik di Padang Pasir Putih Mui Ne yang biasanya menjadi titik pusat. Spot-spot ini dicapai dengan mobil atau dengan motor besar dengan ban-ban yang tingginya hampir sama persis dengan tinggi badan saya. Titik pertama adalah titik yang terdekat sekaligus berada di tengah-tengah gurun. Titik ini memperlihatkan lanskap yang hampir sepenuhnya adalah gurun. Titik kedua adalah padang pasir dengan gundukan tertinggi, pemandangan gurun beserta hutan yang berada jauh mendekati horizon tampak jelas dari titik ini. Titik terjauh adalah daerah di sekitar danau kecil atau oase. Gundungan pasir di sekitar membatasi sudut pandang kita dan mebuat para wisatawan fokus pada danau dan padang pasir tempat mereka berdiri.





Sekitar dua jam berada di padang pasir ini, sebuah mobil menjemput kami dan membawa kami ke Posko. Dengan bahasa tangan, ia menunjukkan jam tangannya, menyebutkan kata guide, padang pasir merah dan sunset. Dengan perasaan puas kami meninggalkan titik pertama, pasir yang terbang akibat ban mobil terlihat seperti badai pasir kecil. Mui Ne sangat berkesan terutama untuk kami gadis tropis yang pertama kali menginjakkan kaki di Padang Pasir. Di seberang area lobby, terdapat sebuah danau kecil juga dengan pohon-pohon yang terlihat seperti pohon pinecon.




10 menit dari padang pasir putih, padang pasir merah yang luasnya setengah dari padang pasir putih tampak seperti tempat para alien mendarat di film-film. Tidak jauh dari padang berpasir merah ini terdapat hutan tropis yang cukup lebat. Tidak seperti padang pasir putih, padang pasir merah lebih ramai karena letaknya yang lebih dekat dengan jalan, gundukannya yang tidak terlalu tinggi sehingga bisa dicapai dengan mudah hanya dengan jalan kaki. Selain itu Red Sand Dune atau padang pasir merah juga ramai dengan anak-anak Vietnam yang membawa papan-papan sederhana untuk bermain sand sliding dan menjadi tempat favorit turis untuk menutup harinya dengan melihat matahari tenggelam.

Comments

  1. Aaah kereeen banget mbk zi
    Ini yg ada bangkai pesawat itu bukan?

    ReplyDelete
  2. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Esai AAS: Kamu Melamar Apa atau Siapa?

Anatomi Essay Penerima Beasiswa CCIP

ESSAY REVIEW: Perempuan Penerima Tiga Beasiswa