Mengunjungi Synagogue, rumah suci umat Yahudi

Sejak kecil Abi saya sering menyebut kata Israel dan Yahudi terutama kalau dia sedang marah. Hal ini membuat saya sangat akrab dengan sepasang kata ini. Saat berkunjung ke New York saya menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu Synagogue yang berada di Museum miles.

Synagogue ini disebut Kuil Emanu-El, terbuka untuk umum yang ingin mengetahui lebih dalam tentang Yahudi. Arsitektur bangunan ini seperti gereja. Pintu raksasanya mengingatkan saya pada gerbang merah kerajaan-kerajaan di China.


Saat memasuki Synagogue, saya disambut oleh dua orang lelaki yang memberikan saya beberapa brosur tentang jadwal berbagai kegiatan dan sejarah tentang tempat ini. Biasanya kalau mendengar kata Yahudi pikiran orang akan conflict yang terjadi anatara Palestina dan Israel namun saat membaca kegiataan di kuil ini malah sebaliknya. Synagogue ini sering digunakan sebagai tempat dialog antar agama. Disebutkan pula setiap Jumat imam Muslim mengirimkan lilin Shabbat kepada umat yang datang berkunjung, pada hari sabtu Zen Buddist akan merespon berbagai pertanyaan dari berbagai umat beragama, pada hari minggu umat Katolik akan mempelajari berbagai budaya dan kepercayaan agama lain.


Sambil membawa brosur sayapun mengikuti seorang lelaki bertubuh besar seperti boduguard dalam film-film Hollywood, saya berjalan lamban sambil melihat-lihat berbagai pigura yang ditempel di dinding Diceritakan bahwa kuil ini dibangun pada tahun 1845 oleh 33 imigrant Yahudi Jerman dan menamakan kuil ini Emanu-El yang artinya “God is with us.” Di sebelahnya terdapat showcase yang berisi Hanukiah, tempat duduknya dembilan lilin yang biasanya dinyalakan pada hari Hanukah.


Sadar kalau saya tertinggal, sayapun bergegas mengejar laki-laki tersebut, saya menyusuri ruangan memasuki lorong dengan lampu redup, setelah berada di ruangan utama saya baru menyadari kalau dinding kuil ini ada dua lapis.  “You can pray here” katanya dan meninggalkan saya di ruang utama. Sayapun mengucapkan terima kasih. Tempat duduknya berjajar sama seperti gereja namun saat mendongak ke atas, sama sekali tidak ada lukisan atau mural. Saya sangat terpesona dengan altar atau mimbar. Dalam tiga agama Islam, Kristen dan Yahudi mimbar selalu menjadi bagian yang unik dan paling indah. Mimbar dalam Synagouge memang berbeda karena terdapat enam kursi dan sepasang hanukiah yang selalu menyala. Pola-pola yang tergambar pada diding sama seperti pola-pola yang sering saya lihat di berbagai mesjid yang saya kunjungi.

Kuil Emanuel berlokasi di 5th Avenue, One East 65th street, NY. Jalan ini disebut juga Museum miles karena terdapat puluhan museum yang berada di kanan dan kiri jalan terlebih lagi kuil ini berhadapan langsung dengan Central Park. 

Comments

Popular posts from this blog

Esai AAS: Kamu Melamar Apa atau Siapa?

Anatomi Essay Penerima Beasiswa CCIP

ESSAY REVIEW: Perempuan Penerima Tiga Beasiswa