Mengenal Lebih Dalam Double Exposure Photography dari Danis Sriwijaya
“When you learn
B&W Photography (Analog), you will calculate everything before you push the
button”
Danis Sriwijaya
Saat mengambil beberapa kelas
visual art di kampus dulu, saya menemukan banyak teman dengan berbagai aliran dalam
photography, ada yang fokus pada Kubism
Photography, Surrealist Photography,
Architecture Photography, Cinematic Photography, Still Life Photography,
Night Photography dan sebagainya. Selama kelas berlangsung banyak juga yang
pindah aliran dari yang satu ke yang lain dan ada pula yang tetap setia pada
alirannya. Genre memang sangat banyak
tapi biasanya seseorang selalu mempunyai kecenderungan. Photo dengan genre apa
yang membuatmu lebih hidup saat melihatnya?
Bulan lalu ada seorang
photographer muda mengunjungi Pulau Lombok, sayangnya lelaki ini datang ke
Lombok tidak diundang untuk mengambil keindahan panorama Lombok tapi bertemu
dengan Bapak Bupati Lombok Utara untuk membahas hal yang lain. Danis Sriwijaya,
30 tahun, lahir dan besar di Djogyakarta, adalah seorang free-lance photographer
dan National Project Implementation
Officer di sebuah NGO, dulu lebih
dikenal sebagai seorang ilmuan karena berbagai penelitian menarik di bidang
kimia yang juga membuatnya diundang hingga ke Negeri Sakura. Karena merasa
bosan, ia meninggalkan ilmu kimia dan memillih menjadi seorang pekerja social
dan juga menemukan photography sebagai hal yang membuat hidupnya lebih menarik
kata Danis “Photography is my partner who always accompany me and understand my
feeling.” Saat kuliah di Amerika, ia pun memutuskan untuk belajar business dan
photography. Aliran yang ditekuninya
adalah Double Exposure Photography. Genre
ini seperti Surrealist Photography.
Karena namanya double exposure, jadi aliran ini hanya menggabungkan dua photo. Ada
yang menggunakan photoshop ada pula
yang mengandalkan fitur pengaturan camera secara manual. Dalam hal ini Danis lebih memilih media yang
kedua seperti saran Prof. Michael Wewer di kelas photography “Edit photos in
software as less as possible.” Teknik yang menantang membuatnya tertarik pada
genre ini. “It’s kind of art which is not
really popular in Indonesia. It takes your creativity, ideas and concept and
high accuracy when you are taking the pictures,” Tambahnya dengan antusias.
Photo oleh Danis Sriwijaya |
Photo oleh Danis Sriwijaya |
Untuk mengahsilkan satu karya,
Danis mengaku bisa jadi sangat cepat, 3-5 menit namun untuk menemukan ide,
konsep dan pesan suatu double exposure
photo yang ingin disampaikan cukup panjang. Sebelum mengambil photo,
biasanya Danis akan melakukan survey pada object atau tempat yang akan menjadi
object photonya untuk mencari angle, posisi, melihat warna dan sumber-sumber
cahaya di tempat tersebut. “Your eyes mean your angle and perspective,”
katanya. Sebelum menekuni aliran ini,
Danis banyak mengambil photo landscape dan architecture. Hal ini bisa terlihat
jelas dari karyanya yang seringkali menggunakan photo-photo landscape dan
architecture. Danis juga menjelaskan pentingnya mempelajari Black and White
Photography (Analog) sebagai seorang pemula. Di sini ia belajar
mempertimbangkan setiap unsur untuk menghasilkan karya terbaiknya.
Sekarang Danis sedang mengumpulkan
photographer-photographer dengan genre ini untuk membentuk komunitasnya.
Tertarik, are you one of them? Sebelum
memutuskan untuk gabung kata Danis “Knowing your photography style and never
follow others.” Karena setiap style itu
adalah ciri khas dari suatu karya. Jangan
lupa cek mode double exposure pada camera yang kamu punya siapa tahu ada!
Comments
Post a Comment