Melihat Belut Raksasa (Morea) di Desa Waai, Maluku Tengah
Saat pertama kali mendengar
cerita tentang belut raksasa ini saya teringat pada buku Origin of the Species yang ditulis oleh Charles Darwin, karena
penduduk di Desa Waai yang berarti air ini percaya kalau Morea adalah nenek
moyang mereka. Itu sebabnya, belut yang berada di kolam desa ini tidak untuk
dikonsumsi. “Sama seperti Komodo, Komodo bisa bertahan hidup hingga sekarang,
bisa kita nikmati karena masyarakat percaya bahwa hewan purba ini adalah nenek
moyang mereka,” tambah seorang teman yang kebetulan berasal dari Labuan Bajo.
Apa yang diajarkan di sekolah
memang belum cukup untuk membuat kita benar-benar menghormati alam, saya merasa
sangat bodoh mendengar cerita ini. Semakin berpendidikan saya merasa hubungan
saya dengan alam semakin jauh. Melihatnya tidak lebih dari sebuah object. Di
sini saya bisa melihat, mempercayai manusia berasal dari hewan membuat manusia
mampu memperlakukan alam sebagai subject bukan sebagai object seperti yang
sering kita lakukan.
Anyway, kolam tempat tinggal
belut-belut ini sangat jernih, airnya
segar, bentuknya seperti gabungan persegi panjang dan trapezium. Di dekat
sebuah lubang seorang pawang berdiri sambil membaca bacaan yang seperti dalam
Bahasa Ambon. Beberapa belut raksasa itu keluar seperti anak-anak yang
dipanggil oleh induknya. Saya sangat takjub melihat apa yang terjadi di depan
mata saya sendiri. Untuk menjadi Pawang Belut Raksasa bukan sembarang orang,
harus dari marga tertentu.
Belut-belut ini biasanya
diberikan telur, saat belut menyambar telur dari tangan sang pawang, saya cukup
kaget, terlihat menakutkan. Kulitnya sangat licin, panjangnya bisa mencapai 2
meter. Diceritakan juga bahwa semua belut-belut di kolam ini akan keluar
memberi pertanda atau peringatan untuk waspada kepada penduduk setempat jika
akan terjadi mala petaka.
Desa ini terletak di kecamatan Salahutu, kabupaten Maluku Tengah. Tepatnya sekitar 30 menit dari Natsepa Hotel, Ambon.
ini bukan moa ya??? ada kupingnya kah belut ini?
ReplyDeleteNgak ada, disebutnya Morea ma orang Ambon Bal :)
ReplyDeletekalo di tempat sy namanya lelampit bisa sebesar pohon kelapa, kalo matanya merah itu biasanya bertuah
ReplyDelete