Catatan Research Assistant: Samalas Volcano (Rinjani Volcanic Complex), Sasak dan Pertanyaan-Pertanyaaan
Email yang saya terima dari
seorang producer berdarah Mexico berisi dua lampiran dalam bentuk pdf yang
berisi berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan
letusan Samalas (Rinjani) yang terjadi pada tahun 1257. Lampiran pertama adalah sebuah penelitian yang
diterbitkan oleh Proceedings of the
National Academy of Science (PNAS)—salah satu jurnal ilmiah yang merupakan
referesnsi utama berbagai cabang ilmu—dengan judul Source of the great A.D. 1257 mystery eruption unveiled, Samalas
volcano, Rinjani Volcanic Complex, Indonesia pada tahun 2013. Penelitian melibatkan
sekitar 15 ilmuan dari berbagai universitas dan institusi penelitian seperti
Prancis, Indonesia, Inggris, Swis dan Jepang.
Dalam abtrak penelitian ini
dijelaskan bahwa jawaban dari misteri letusan yang terjadi pada abad ke 13
adalah Samalas Volcano. Jawaban ini diuji dan ditemukan dari berbagai bukti,
dari stratigraphic and geomorphomic data, vulkanologi fisik, penanggalan
radiocarbon, geokimia tephra, dan catatan sejarah peristiwa yang terjadi di dunia.
Letusan Samalas adalah salah satu
letusan paling dahsyat pada Holocene
era yang mempengaruhi iklim global. Diperkirakan tinggi Samalas sebelumnya
sekitar 4,200 m, memuntahkan paling tidak bebatuan dengan kepadatan 40 km3
dengan letusan mencapai ketinggian 43 km dan magnitude mencapai 7 membuatnya jauh lebih besar dari letusan
Tambora dan Krakatau. Arang pada radiocarbon secara konsisten menunjukkan tahun
yang sama dan beberapa lebih tua, tidak lebih muda dari 1257. Sulfate (SO42-) dan Pumice—batuan yang terbentuk atas piroklastik kaca dengan dinding
batuan beku gunung berapi—dari gunung ini cocok dengan ice core sulfate yang ditemukan di kutub selatan dan kutub utara.
Efek global dari letusan Samalas berkaitan
erat dengan kejadian pada masa medieval yang menunjukkan tidak adanya musim
panas. Kuburan masal berisi ribuan rangka dari zaman yang sama, tepatnya di
London juga salah satu dampak dari letusan Samalas. Letusan ini juga dikuatkan
oleh Babad Lombok yang menjelaskan tentang gempa dahsyat, longsor, letusan yang
menenggelamkan Pamatan, ibu kota kerajaan Lombok. Dikatakan pula akibat letusan
ini, Raja Kertanegara menguasai Bali dengan mudah, tanpa perlawanan berarti
dari rakyat Bali.
Penelitian ini semakin membuat
saya bertanya-tanya siapakah orang Sasak sebenarnya, Siapa saya? I am not sure that I am Sasak after reading
it, karena menurut sejarah nusantara, Jawa datang ke pulau Lombok sekitar
abad ke-14, sekitar 200 tahun setelah letusan tersebut, sedangkan Bali masuk ke
Lombok pada abad ke 15, ini terbukti dari berbagai peninggalan sejarah kerajaan
Bali di Lombok yang dibangun setelah abad ke 15. Beberapa sumber menyebutkan
bahwa Sasak adalah keturunan dari perpaduan Jawa dan Makasar. Seperti Sasak
Buddha (research bersama Iowa University), di Dusun baru yang berada di Lombok Utara mengaku bahwa nenek moyang mereka adalah prajurit Maja Pahit yang menolak pengislaman Kerajaan Demak. Sedangkan Sasak pesisir mengaku mereka adalah keturunan Bugis. Mungkin lebih tepat menyebut mereka orang Lombok, karena bukan keturunan Sasak yang berasal dari abad ke 12. Salah satu kutipan yang paling terkenal tentang orang Sasak adalah Lombok Mirah Sasak Adi yang dikutip dari kitab Negara Kertagama karangan
Empu Prapanca yang ditemukan di Cakra Negara, Mataram, Lombok. Lombok artinya lurus atau jujur, kata mirah berarti permata, Sasak artinya
kenyataan dan adi berarti baik. Kutipan ini menggambarkan cita-cita suku Sasak
pada masa itu. Kitab ini sekarang di simpan di Leiden, Belanda bersama dengan
sekitar 1.200 lontar-lontar yang lain.
Lampiran kedua adalah penelitian
dengan judul Timing climate forcing of
volcanic eruptions for the past 2,500 years. Kolaborasi lebih dari dua
puluh ilmuan dunia. Penelitian ini tidak banyak mendiskusikan tentang Samalas,
namun menjadikan letusan Samalas sebagai patokan utama dalam penelitiannya. Dengan
kata lain letusan ini diakui kebenarannya dalam bidang climatology.
Setelah membaca dua lampiran ini
saya kembali ke badan email dan membaca ulang isi email yang saya terima.
Tercantum saya diminta untuk mencari nara sumber, mengenai pengelolaan Rinjani
dan budayawan atau pembaca lontar yang pernah membaca Babad Lombok dan Babad
Suwung. Tanpa pikir panjang, saya membuka tautan baru dan mengeti Babad Lombok
pada kotak Google search engine. Digital
library dua universitas muncul tentu saja tidak terbuka untuk publik, begitu
juga dengan google books. Saya hanya bisa membaca 27 halaman dari 167 yang
sudah dialihliterasikan dari Bahasa Jawi Kuno ke dalam tulisan latin. Beberapa
penggalan isi Babad Lombok ini tersebar di beberapa media masa besar Indonesia
seperti pada Tempo dan Kompas.
Seminggu setelah menerima email
tersebut, Eugenio datang bersama dua orang timnya yang berasal dari Waganingen
University. Pada hari kedua di Lombok
saya membawa mereka bertemu dengan wakil direktur Balai Taman Nasional Rinjani
(TNR). Penjelasan tentang sistem konservasi, jenis tumbuhan, hewan dan
ekosistem di TNR dijelaskan langsung oleh botanist
and the zoologist mereka. Karena tidak bisa bertemu dengan
Bli Sugi Lanus, pembaca lontar, akhirnya pada hari berikutnya saya memutuskan
untuk mengantar mereka bertemu seorang budayawan dan penulis novel Paox Iben,
penulis buku Tambora. Kami diterima dengan sangat hangat. Menurut novelist ini, ledakan Samalas memang terjadi tapi tidak
sebesar Tambora karena1257 adalah tahun berdirinya kerajaan Tidore dan Ternate—kerajaan
Islam yang terletak di daerah Sulawesi—jika letusan tersebut sedemikian dahsyat
mengapa tidak ditemukan catatan yang ditulis oleh kerajaan-kerajaan lain pada
saat itu. Penelitian kami kemudian
dilanjutkan ke daerah Sembalun dan daerah Bayan untuk mendengar pandangan
tentang Samalas langsung dari penduduk sekitar Rinjani.
ada om Paox n bunda Nur Janah jg
ReplyDeleteada om Paox n bunda Nur Janah jg
ReplyDeleteAku mintaq Om Paox Iben jadi salah satu resources, Alhamdullilllah beliau mau, walaupun pendapatnya bersebrangan dengan science but it was really fun dan aku belajar banyak dari mereka semua
ReplyDelete