YDBA Mengasuh UKM dari Kecil Hingga Sekolah Ke Jepang
Motor kami berhenti di Jl. Batu
Bolong No 35 Pagutan Mataram, tepat di depan papan bertuliskan Bu Kus Catering,
gerbang kantor yang terlihat seperti rumah itu terbuka lebar. Seorang perempuan
berjilbab menyambut kami dengan sangat hangat. Di dinding-dinding terdapat
berbagai sertifikat dan prestasi yang diraihnya dalam mengeluti bisnis. Ibu
yang biasanya dipanggil Ibu Kus ini menawari kami makanan dengan bungkus
bertuliskan huruf kanji. Makanan tersebut ia beli di Jepang saat study singkat yang dibiayai oleh Yayasan Dharma Bhakti
Astra (YDBA). Sambil mencoba makanan tersebut kami melontarkan berbagai
pertanyaan mengenai kisah perjalanan bisnisnya dari nol hingga mampu menembus
pasar besar.
“Saya mulai dari jualan di Udaya
tahun 2010, sekitar enam taon lalu, saya jualan soto ayam, modalnya 200.000, waktu itu jarang
yang jualan soto, kemudian saya dapet undangan makan siang dari YDBA, sama YDBA
kami dapat banyak pelatihan dan bahkan dipertemukan dengan pasar yang lebih
besar dan lembaga keuangan,” Tuturnya. Kini bisnisnya mampu mensupplai 2.000
porsi perhari dengan 9 karyawan tetap dan 25 freelancer, jasa cateringnya
menembus Kemenlu dan kegiatan-kegiatan international yang diadakan di Lombok. Ia juga menambahkan dari Lombok tidak hanya beliau
yang dikirim untuk belajar Culinery Art
ke Jepang, YDBA mengirim dua puluh satu orang seIndonesia dan lima orang diantara
dari Lombok.
Pertemuan itu juga dihadiri
langsung oleh Pimpinan YDBA Indonesia yang akrab dipanggil Pak Hendry. Dalam
balutan kaus sederhana berwarna abu dan celana panjang ia berdiri di samping
Ibu Kus. Pak Hendry menjelaskan berbagai program yang dilakukan Yayasan di
beberapa wilayah Indonesia, misalnya sperti pengembangan UKM untuk memproduksi
pupuk di daerah sekitar Rawa Pening—Danau dengan overpopulasi Enceng Gondok
yang semakin menyempit dan telah menyebabkan nelayan kehilangan tangkapannya. Pengalian
dari tanah tersebut dijadikan pupuk. UKM manufaktur pertanian di daerah Jawa
dan Kalimatan. Di Lombok sendiri, ia
melihat kuliner (Culinary) masuk ke
dalam program Sektor Unggulan mereka mengingat Lombok merupakan destinasi
wisata ternama. Sektor Unggulan di LPB Mataram melibatkan 35 UKM kuliner yang
tergabung dalam Koperasi Serba Usaha (KSU) Cabe Rawit. Philosophy YDBA sebagai
yayasan yang bergerak dalam meningkatkan perekonomian lokal dan bisnis UMKM
yang berkelanjutan adalah memberikan pelatihan, pendampingan, mempertemukan
dengan pasar serta mempertemukan UKM dengan lembaga keuangan.
Dari kantor kami semua bergerak
menuju rumah produksi, ruang penyimpanan alat makan, ruang bahan baku yang tertata
rapi lengkap dengan nota yang tertempel terkait dengan jumlah barang yang
dipakai, yang tersisa dan telah habis. Kedepannya Ibu Kus ingin membuat system
sehingga semuanya tidak dikerjakan lagi secara manual. Mimpi besarnya adalah
membuat Wedding Organizer. Puas melihat melihat langsung bagaimana para
karyawannya bekerja kami juga mencoba soto khas Ibu Kus dan beberapa suguhan
lainnya.
Tempat terakhir yang kami datangi adalah kator
Koperasi Cabe Rawit untuk mengikuti peresmian Sektor Unggulan. Di sana telah
bersiap ibu-ibu UKM Mataram dan Pimpina Koperasi Cabe Rawit untuk mendengar
kuliah singkat dari Pak Hendri terkait program-program YDBA di Indonesia dan
motivasi-motivasi yang menginspirasi dan memacu semangat ibu-ibu UKM untuk
terus mengembangkan bisnis mereka. Dalam kuliahnya Pak Hendry menekankan economy sharing dan bagaimana economy owning tenggelam. Peresmian
Sektor Unggulan ditutup dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) dari kedua belah pihak untuk terus bekerja
sama.
Nice
ReplyDeletegood work bu kus
ReplyDelete