Referensi Kematian: Etika Bunuh Diri, Pemakaman dan Eulogi
Kamu
ingin mati pada usia berapa? Dengan cara apa? Kamu ingin mati di mana? Setelah
mati kamu ingin dimakamkan seperti apa? Kamu ingin dimakamkan di mana? di
samping siapa? Siapa yang akan membacakan eulogi dan memimpin doa? Seperti apa
eulogi yang kamu inginkan? Apakah kamu sudah mulai menabung untuk membeli
sebidang tanah kuburan dan biaya upacara (pesta) kematian? Aku tahu kamu tidak
ingin merepotkan siapa-siapa. Pernahkah kamu berdoa kepada Tuhan agar kematian
datang terlambat atau datang tiba-tiba tanpa ada pertanda sakit, misalnya saat
kamu di meja belajar setelah menulis puisi-puisi itu? Atau mungkin tepat
setelah menunaikan sholat subuh? Seperti apa kematian impianmu? Apakah kamu
pernah menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirimu sendiri? Maaf
kalau pertanyaan-pertanyaan ini membuat kepalamu berat.
Saya
rasa kita (manusia) tidak pernah terlalu muda atau tua untuk bicara soal kematian.
Sebab seperti kata Murakami, mati bukan lawan dari kata hidup, mati adalah
bagian dari kehidupan itu sendiri. Kematian juga sering diromantisasi seperti
kehidupan. “Let life be beautiful likes summer
flowers and death as beautiful as autumn leaves,” kata Rabindranath Tagore
menyetarakan hidup dan mati dalam puisinya. Dalam Collateral Beauty, dikatakan bahwa kematian bahkan lebih penting
dari pada waktu karena kematianlah yang membuat waktu itu bernilai. “Death is the mother of beauty; hence from
her, alone, shall come fulfillment to our dreams and our desires,” ungkap Wallace Steven dalam puisinya
yang berjudul Sunday Morning.
Romantisasi
kematian, kesetaraan kematian dengan hal-hal yang indah, definisi dan
pentingnya kematian sangat beralasan karena berbagai kebudayaan telah mengenal dewi,
dewa atau malaikat pencabut nyawa yang juga dikenal sebagai dewi kelahiran dan
dewa cinta. Misalnya Freyja dalam mitologi Norse. Dewi ini diasosiasikan
sebagai lambang cinta, kesuburan, kesejahteraan dan kematian. Contoh lainnya
adalah Hecate dalam mitologi Yunani, selain dikenal sebagai dewi kematian, ia
juga dikenal sebagai dewi ilmu pengetahuan, cahaya, kelahiran dan kesuburan. Di
Asia pada umumnya, kematian adalah hal yang perlu dirayakan sebab kematian
berarti pertemuan denga Tuhan. Pesta kematian tidak kalah meriahnya dengan
pesta pernikahan. Bahkan di beberapa negara di Asia Timur dan Asia Tenggara, hari
kematian dirayakan setiap tahun seperti ulang tahun kelahiran. Di Pulau Lombok,
kematian dirayakan berkali-kali denga doa-doa dan pesta. Dengan ini, bisa
disimpulkan bahwa kematian sebenarnya bukan sesuatu yang kelam dan buruk.
“How to die” dan Etika
Bunuh Diri
Semoga
kamu pergi dengan cara yang baik, dengan kematian yang kamu impikan bukan dengan
cara-cara yang menyedihkan seperti kecelakaan darat, kapalmu tenggelam di
perjalanan atau pesawat yang kamu tumpangi mengalami gagal mesin, dibunuh dan
ditemukan setelah berhari-hari. Saya akan sangat sedih jika kamu memutuskan untuk
mengakhiri hidupmu dengan cara suntik mati atau gantung diri. Ini bukan tentang
salah atau benar. Saya tidak sedang menghakimi keputusanmu karena memang kebaikan
atau manfaat dari sebuah aksi dan keputusan harus dilihat dari pengaruhnya,
baik secara individu maupun secara sosial.
Menurut WHO, setiap tahunnya ada 700.000 orang meninggal
akibat bunuh diri dan merupakan penyebab kematian keempat di dunia khususnya bagi
mereka yang berumur di antara 15-29 tahun. Tiga negara dengan angka kematian
tertinggi adalah Lesotho, Guyana dan Eswatini. Sebagian besar kasus bunuh diri yang
terjadi di negara ini disebabkan karena pelaku bunuh diri menderita penyakit HIV.
Negara keempat dengan angka bunuh diri tertinggi adalah Korea Selatan. Bunuh
diri di negara ini terjadi pada mereka yang berumur di bawah 40 tahun dan disebabkan
karena tekanan akademik, masalah ekonomi, cyber
bullying, dan pada orang tua disebabkan karena ketidakpuasan terhadap diri
sendiri dalam memenuhi ekspektasi publik. Di Asia Tenggara, kematian akibat
bunuh diri cukup tinggi mengingat Asia Tenggara adalah penyumbang sekitar 39%
dari jumlah kematian global (Arafat., et al, 2020, p.9).
Bunuh diri di sebagian besar negara-negara ASEAN
adalah hal yang ilegal dan atau bertentangan dengan norma dan budaya. Malaysia
dan Brunei dengan jelas menyatakan bahwa bunuh diri adalah suatu tindakan kejahatan,
hal ini tertera dalam undang-undang mereka. Pelaku percobaan bunuh diri
biasanya dihukum 10-3 bulan penjara atau harus membayar denda. Di Filifina,
Kamboja, Thailand, Vietnam, Timor Timur, Indonesia dan beberapa negara ASEAN
lainnya, tidak mengukuhkan hukum tersebut secara tertulis, namun secara adat,
bunuh diri adalah hal yang tidak diperbolehkan. Sebelumnya Singapura menetapkan
aturan yang sama terhadap percobaan bunuh diri dengan Malaysia dan Brunei, namun
pada Januari 2020, aturan ini dicabut oleh pemerintah Singapura dengan alasan
bunuh diri adalah ungkapan permintaan tolong.
Pandangan terhadap bunuh diri di Asia Tenggara
sangat berlawanan dengan aturan-aturan terkait bunuh diri di Switzerland. Di
Swis, bunuh diri bukan tindakan kejahatan atau hal yang ditentang oleh
masyarakat dan pemerintah. Bantuan untuk melakukan bunuh diri adalah hal yang biasa
sejak 1942 (Hurst & Mauron, 2016, p.5). Jumlah turis yang melakukan
perjalanan ke Switzerland untuk mendapatkan bantuan bunuh diri semakin meningkat.
Gauthhier dan kawan-kawan dalam penelitiannya, Suicide tourism: a pilot study on the Swiss phenomenon, turis yang
melakukan perjalanan untuk mendapatkan bantuan bunuh diri adalah mereka yang
menderita penyakit. Bunuh diri atau mendapatkan bantuan bunuh diri, pelaku
bunuh diri harus sadar, tidak di bawah pengaruh siapapun.
Dua organisasi terkemuka yang memberi bantuan
bunuh diri di Switzerland adalah Exit dan Dignity. Beberapa sumber menyebutkan
dibutuhkan 3 bulan lebih untuk melakukan proses ini termasuk persiapan terkait dengan
dokumen dan berbagai konsultasi yang dibutuhkan. Dilangsir dari kedua website
Exit dan Dignity, biaya bantuan bunuh diri mencapai 7.500 Swis Franc atau
sekitar IDR 120 juta tidak termasuk biaya pemakaman. Pada tahun 2017, Exit
membantu 734 orang bunuh diri denga jasanya (Miller, 2018, p.2). Tercatat pada
tahun 2018 anggota organisasi ini telah mencapai lebih dari 100.000 orang.
Semoga kamu tidak berencana melakukan hal ini
apapun alasannya, biayanya pun sangat besar. Semoga kamu menemui ajalmu dengan
cara-cara yang indah, seperti kata Jack
dalam film Titanic. “you gonna go on,
make a lot of babies, watch them grow, die as old lady, warm on her bed, not here,
not like this ok,”
Pemakaman dan donasi tubuh
Setelah
kematian, manusia dimakamkan dengan berbagai cara dan dengan tujuan menyatu
dengan alam dan kembali kepada Tuhan. Ada yang dilarung ke laut seperti
orang-orang Bajau, ada yang dikremasi, ada yang dimakamkan di tebing dan gua, ada
yang dikubur dan ada juga yang dibawa ke atas bukit atau gunung untuk menjadi
makanan burung bangkai (carrion birds).
Yang dilarung, akan menjadi makanan ikan, yang dikremasi dimakan api,
yang dikubur terurai dimakan hewan-hewan tanah, dan yang dibawa ke atas bukit
secara berani masuk ke dalam rantai makanan agar jasad menjadi lebih
berguna.
Cara
pemakaman yang lain adalah dengan tidak dimakamkan atau dengan menyumbangkan
jasad kepada rumah sakit atau organisasi tertentu. Cara ini semakin populer
dilakukan terutama di beberapa negara barat misalnya seperti di Belanda. Sophie
Bolt dan timnya melakukan survey di Belanda terkait motivasi tentang meningkatnya
angka penyumbang organ dan donasi seluruh tubuh untuk pendidikan medis. Survey
dilakukan terhadap 996 orang yang terdaftar di database UMCG Body Donors. Dari
survey tersebut ditemukan bahwa 29,7% penyumbang organ ingin memajukan pendidikan
medis, 22,0% ingin memberikan kontribusi terhadap sains medis, 18,8% ingin
menjadi orang yang berguna, 15,8% ingin membatu orang lain dan sisanya 1,9%
ingin melakukan hal tersebut demi anak, cucu atau generasi selanjutnya.
Apakah
pernah terpikir untukmu untuk tidak dimakamkan dan menyumangkan organum untuk
pendidikan medis? Anyway, apapun cara yang dipilih, semuanya tidak lain untuk
menyatu dengan alam, menjadi manusia yang lebih berguna dan kembali kepada
Tuhan.
Eulogi & Doa
Eulogi
adalah pidato yang ditujukan untuk seseorang yang baru saja meninggal di depan
tamu yang datang melayat. Pidato ini biasanya dibacakan di rumah duka atau di
pemakaman tepat setelah mayat dikuburkan. Tidak sembarang orang yang menulis
dan membacakan eulogi. Eulogi berisi kenangan-kenangan manis dan lucu yang
pernah dibagi bersama mendiang, ditambah dengan doa-doa dan harapan. Biasanya
eulogi ditulis dan dibacakan oleh orang terdekat yang ditinggalkan.
Eulogi
paling manis yang pernah saya baca adalah eulogi yang ditulis oleh salah satu
lelaki yang paling dibenci dunia, Presiden Amerika Serikat ke-43, George W.
Bush. Eulogi tersebut ia tulis untuk mendiang Ayahnya. Dalam eulogi ini, Bush
menjelaskan bahwa air mata bukan sepenuhnya lambang kesedihan tapi juga
sebaliknya, lambang kebahagiaan dan keberkahan mencintai seseorang dalam hidup
manusia.
Eulogi
lainnya adalah eulogi fiksi dari sepasang kekasih, Hazel dan Augustus dalam
buku The Fault in Our Stars karya John
Green. Mereka saling menuliskan eulogi yang kemudian mereka bacakan satu
sama lain sebelum penyakit yang diderita mengakhiri hidup mereka. Dalam
euloginya, Hazel dengan anggun menggambarkan bagaimana kematian telah
menambahkan rasa syukur yang dalam terhadap apa yang mereka lewati bersama. Waktu
yang singkat akibat kematian ia jelaskan dalam angka tak terhingga (infinite numbers) antara 0 dan 1. Dan
memang benar sedekat apapun jarak antara 0 dan 1 sebenarnya tak terbatas.
Contohnya 0,53444490020003000435555555, angka ini tidak terbatas. Sementara
Augustus, pada halaman 312-313, mengungkapkan bahwa kematian yang bisa
diprediksi membuat manusia lebih baik dan tidak ingin meninggalkan luka.
Kematian memberikan nilai tertinggi terhadap kenangan sebab segala yang mati
berarti keindahan. Sama halnya dengan kita yang selalu menginginkan mawar yang
dipetik dari pohonnya, bukan plastik yang berpura-pura jadi mawar merah atau
kuning.
Baik
eulogi fiksi atau non-fiksi menggambarkan bahwa kematian adalah bagian dari
menjadi suatu keindahan. Segala hal yang hidup dan indah ditandai dengan
kematian. Kematian adalah keindahan yang sulit diterima oleh manusia. Karena
itu kematian selalu diikuti dengan tangis.
Artikelnya sungguh berfaedah.
ReplyDeleteSaya senang sekali mendengarnya!!! Bang Yusran!!
Delete