Australia Awards, Sustainable Tourism for Regional Growth: Jembatan Kerja Sama Generasi Indonesia dalam Pariwisata

Prof. Bill Carter
Tahun ini saya mendapat kesempatan untuk mengikuti studi singkat di Australia melalui program Australia Awards for Sustainable Tourism for Regional Growth II. Program ini adalah beasiswa global yang diberikan oleh pemerintah Australia kepada generasi Indonesia khususnya untuk wilayah Indonesia timur untuk belajar, melakukan riset dan meningkatkan profesionalitas dalam bekerja dengan kuota 25 peserta pertahun dan berasal dari latar belakang yang berbeda. Australia Awards for Sustainable Tourism for Regional Growth II mencoba membangun jembatan untuk mempertemukan pemerintah, pengusaha, komunitas dan orang-orang yang bergerak dalam pendidikan pariwisata sehingga kelak mampu bekerja sama secarasinergis dalam mengembangkan pariwisata khususnya di wilayah Indonesia Timur. “Mengingat saya adalah orang pemerintah, hal yang paling luar biasa yang bisa saya pelajari dari program ini adalah keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pariwisata di mana pemerintah memfasilitasi pertemuan investor dan masyarakat, dan semua atas persetujuan masyarakat, sangat berbeda dengan kebiasaan kita di Indonesia di mana masyarakat seringkali dijadikan objek. Setelah program berakhir butuh waktu lagi untuk advokasi,  waktu habis dan investasi mubazir,” Ungkap Theresia Asmon salah satu peserta dari NTT saat memberikan komentar dalam diskusi tentang collaborative marketing, destination and investment attraction.

Prof. Noel Scott
Zi, Kevin Ho, Theresia Asmon
Program studi singkat ini bekerja sama dengan dua universitas Australia, Sunshine Coast University dan Griffith University yang menjadi leading institusi dalam penelian  pariwisata dunia. Program ini terdiri dari empat fase utama yaitu pembukaan, fase Australia, implementasi project dan penutupan.

Pembukaan biasanya dilakukan selama seminggu pada bulan Agustus. Untuk tahun ini, Labuan Bajo, Flores terpilih sebagai host. Dalam sesi ini peserta mendapatkan pembekalan yang padat dan singkat terkait dengan pariwisata, pembangunan dan lingkungan. Kami juga mempresentasikan project yang akan dikerjakan setelah fase Australia. Dalam seminggu, kami berdiskusi, mencari pencerahan dan jalan-jalan untuk menemukan berbagai teori dan solusi yang mungkin bisa mengatasi masalah tourism yang ada di East Indonesia. Kami menganalisis zonasi, hingga dampak budaya, sosial dan ekonomi yang ditimbulkan.

Rama Brierty, Zi
Moh. Sultan


Geoff, Tio, Vero
Fase kedua adalah fase yang paling ditunggu-tunggu. Fase ini merupakan kombinasi sempurna antara studi tour dan belajar di kelas. Pada fase ini kami menghadiri berbagai networking dinner, bertemu dengan stakeholder pariwisata setempat. Kami hidup berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya dalam waktu yang cukup singkat dengan rute Cairns-Port Douglas-Gold Coast-Sydney. Di Cairns kami mengikuti workshop singkat yang diisi oleh pembicara yang berasal dari hampir seluruh stakeholders di sana dan mengunjungi berbgai tempat wisata seperti Mamu Sky Walk untuk melihat hutan tropis, peninggalan sejarah bangsa China di Australia, menonton cultural performances, mengunjungi Eco-tourism Hotel, home industry yang berbasis pariwisata dan Tabung Lava di Undara. Petualangan dalam program ini semakin menarik saat kami berada di Port Douglas karena kami berkesempatan berlayar dengan Quicksilver menuju Great Barrier Reef. Di perjalanan biasanya kami akan mengisi template analysis setiap tempat yang kami kunjungi. Di Cairns dan di Port Douglas memang penuh dengan petualangan, sangat berbeda dengan kegiatan di Gold Coast. Di kota pariwisata ternama ini kami diberikan kesempatan untuk hidup seperti anak kampus ala Australia. Kami tinggal di sebuah apartement yang jaraknya hanya tujuh menit dari Universitas Griffith. Karena studi kami singkat, kelas dimulai dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 17.00. Kuliah singkat ini semakin memperjelas projek-projek yang ingin kami lakukan di tanah air. Kami bahkan diberikan kesempatan konsultasi intensif dengan dua Professor utama program ini, Prof. Noel dan Prof. Bill. Materi yang padat dan tugas analysis tidak membuat kami lupa bersenang-senang. Di waktu luang, program kami menyediakan trip ke kota Brisbane dan sekitarnya. Kota terakhir yang kami kunjungi di Australia adalah Sydney. Di sini tidak ada kelas seperti di kota-kota sebelumnya namun kami diharuskan menulis catatan harian tentang perjalanan kami.

Fase ketiga adalah implemtasi project yang telah diajukan, dimodifikasi atau diubah dan telah disetujui oleh dua Professor kami. Pada fase ini, kami kembali ke daerah masing-masing. Dalam waktu sekitar dua setengah bulan, kami diharapkan untuk mampu mencapai objective yang tertuang dalam proposal kami.

Fase terakhir adalah penutupan. Pada fase ini setiap peserta mempresentasikan projek yang telah mereka lakukan di depan stakeholder pariwisata di daerah masing-masing. 


Untuk membantu pesertannya belajar secara mendalam, program ini menyediakan penerjemah professional/Sworn Interpreter pada fase pertama, kedua dan fase penutupan. Australia Awards for Sustainable Tourism for Regional Growth biasanya membuka pendaftaran pada bulan Mei-Juni. Pengumuman kelulusan sekitar dua sampai tiga minggu setelah pendaftaran ditutup. Australia Awards Indonesia tidak hanya menawarkan studi singkat di bidang pariwisata tetapi juga dalam berbagai bidang seperti pengembangan daerah pantai dan pertanian. Jika tidak ingin melewati kesempatan silahkan kunjungi www.australiaawardsindonesia.org. Good Luck!

Comments

  1. 👍👍👍👍👍👍👍🌹

    ReplyDelete
  2. Ini yang infonya ada di Bale ITE itu ya Zi? Mupeng euy...ikutan ah untuk yang tahun depan ^_^

    ReplyDelete
  3. beberapa bulan yang lalu saya gagal, dapet imel lagi dari penyelenggara. tips untuk projeknya Zi. thanks

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Esai AAS: Kamu Melamar Apa atau Siapa?

Anatomi Essay Penerima Beasiswa CCIP

ESSAY REVIEW: Perempuan Penerima Tiga Beasiswa