Menikah di City Hall, San Fransisco dan Definisi Pesta


Tidak masalah jika kamu belum menikah, sudah menikah atau memutuskan untuk tidak menikah. Tapi saya yakin kalau kamu pernah bermimpi seperti apa pesta pernikahanmu. Siapa yang akan kamu undang? Berapa banyak orang yang akan datang? Seribu, dua ribu, bagaimana kalau dua puluh lima orang? Apakah kamu mengenal semua tamu undangan yang akan kamu salami di pelaminan? Sebelum saya bercerita tentang pesta pernikahaan yang saya impikan, saya ingin berbagi apa itu pesta.

Pesta berasal dari kata festa, beberapa kamus besar menyatakan kalau kata ini berasal dari Bahasa Latin dan Bahasa Italy yang secara literal berarti merayakan hari libur. Hari di mana tidak ada beban atau jika ada, hari ini menjadi hari di mana manusia melupakan beban. Apakah masih ada rasa seperti ini ketika kalian menghadiri sebuah pesta? jika tidak, mungkin itu bukan pesta, mungkin itu hanya sebuah platform tempat manusia menunjukkan apa yang mereka punya. Sering kali saya diundang ke sebuah pesta pernikahan yang dihadiri oleh ribuan orang, tamu yang saya kenal bahkan tidak mencapai 1% dari undangan dan setiap pertanyaan yang saya dapatkan akan berawal dengan perkenalan dan berakhir dengan What do you do? Tidak jarang saya pulang dengan perasan socially exhausted dan kecewa mengetahui orang yang paling ingin saya temui ternyata ada di pesta itu. Bukankah sejatinya pesta mendekatkan yang satu dengan yang lain, memberi ruang kepada orang untuk menyatu, mempertemukan orang-orang yang tak pernah ada waktu untuk saling bertegur sapa. Dan pernahkah kamu berpikir bagaimana cara keluarga pasangan menabung untuk mengadakan pesta sebesar itu? Apakah bila cincin emas diganti dengan cincin perak akan mengurangi nilai cinta? Apakah kamu berpikir jika tamu undangan tidak mencapai seribu berarti kelurgamu tidak terhormat?  Jika jawaban kita sama atau berbeda tidak jadi masalah asalkan kamu mau membaca pesta seperti apa yang saya inginkan.

Musim dingin lalu, setelah menggosok gigi dan mencuci muka di rest room stasiun yang terletak dua blok dari Oakland Bay Bridge saya berjalan ke pusat kota. Berhenti di depan sebuah bangunan tua berpilar raksasa, terlihat seperti museum dari kejauhan, saat saya mendekat bangunan tersebut adalah City Hall San Francisco. Walaupun tidak ada dalam list tujuan, saya memasuki tempat ini tanpa memperhitungkan waktu. Saat berada dalam ruangan utama saya sadar sedang berada dalam pesta pernikahan di mana saya tidak diundang. Ada sekitar lima sampai sepuluh pernikahan yang sedang berlangsung di berbagai sudut gedung ini.



Dari pintu ruang utama tampak sepasang keluarga berjalan menuju tangga raksasa mendampingi mempelai perempuan dan laki-laki diikuti dengan seorang photographer, jika dilihat dari wajahnya sepertinya photographer itu adalah teman dari kedua mempelai. Pasangan ini membaca ikrar nikah di depan sebuah pohon yang digantung ribuan angsa origami--konon bangsa Jepang percaya suatu mimpi akan terwujud jika seseorang membuat 1.000 origami—tidak ada kursi, tidak ada tamu, hanya keluarga yang mendampingi. Setelah upacara selesai saya mendekati pasangan dan mengucapkan selamat serta memberi komentar tentang cincin recycling yang terbuat dari plastik yang dikenakan pengantin perempuaan. Warnanya mengkilat terlihat seperti perak. Tidak lama setelah mengambil photo, mereka sekeluarga meninggalkan tempat itu menuju restoran bersama keluarga untuk merayakan hari bahagia tersebut. 


Ditinggalkan oleh pasangan ini, kamera saya kembali membidik pasangan lain. Kali ini perhatian saya terfokus pada seorang pengantin yang memakai gaun pengantin anggun dan paling sederhana dengan make-up yang sangat natural. Ia memberitahu saya kalau proses pernikahan sangat mudah, hanya membutuhkan waktu satu minggu untuk mendapatkan akta nikah. Setelah menjadi saksi yang tidak diminta dalam penikahan-penikahan yang berada dalam gedung ini saya duduk beristirahat di tangga, memandangi kubah dan pilar dengan arsitekur bergaya Eropa sambil merangkai definisi pesta untuk mencapai makna sebenarnya. 

Comments

  1. I have just googled it and found the answer, ocean thanks Harry!

    ReplyDelete
  2. Kalo bisa ngulang waktu aku mau pernikahan seperti ini Zi, tapi gak terjadi karena keluarga besar gak ada yang setuju maka berakhirlah dengan pesta di taman dgn undangan mencapai angka 800an. ..melelahkan...dan terkalahkan oleh alasan orangtua "masak kalian nikahnya kayak gitu? Emangnya gak mikir ya dengan relasi papa?"...

    ReplyDelete
  3. well.. zi, cincin plastik resiclenya akan lebih romantis jika di bubuhkan gigi taring pengantin perempuan yang tanggal saat berumur tujuh. FYI dilema pengantin milenials di indonesia adalh persis seperti mbak Veronika Haning. sebelum saya menikah dengan tia, its always fun to discus about rustic wedding yang menjadi impian kita banget. altar akad nikah dengan pita rumbai rumabi dan balon di the modest mosque sebelah rumah, kemudian bisa berbincang dengan keluarga dan sahabat serta tetangga di halaman mesjid sambil menikmati sunquick, gaun sederhana kepunyaan sendiri (karna gaun mewah namun menyewa sangat merusak idealisme tentang being me) dan semua hal hal sederhana namun bernilah sentimental untuk masing2 diri kami. dan ya.... apadaya kebudayaan orang tua kami tradisi dan semua tetek bengeknya kadang merusak apa yang menjadi cita cita kami. hahaha o my goodness seru pasti kalau kita bisa ngobrolin topic ini further. dan undang kami untuk pernikahan "dua puluh lima orang"-mu suatu saat. (janji saya gak akan bawa amplop atau beras dan gula. saya tahu dimana beli wine ala ala) hahaha nice feed.

    ReplyDelete
  4. kami termasuk beruntung..menikah sesuai dengan impian.besaran mahar dan biaya pesta sesuai kemampuan kami berdua..tidak merepotkan orang apalagi sampai mengutang heheheee..semua yg datang kami kenal dengan baik dalam suasana yang sangat hangat..love that moment

    ReplyDelete
  5. kami termasuk beruntung..menikah sesuai dengan impian.besaran mahar dan biaya pesta sesuai kemampuan kami berdua..tidak merepotkan orang apalagi sampai mengutang heheheee..semua yg datang kami kenal dengan baik dalam suasana yang sangat hangat..love that moment

    ReplyDelete
  6. Mantap Rozi, salam ma Lina, lu buat cicncin nikah pakeq gigi taring? Mau liat......Mbak Sri ternyata diam-diam ceritanya dalam. Veronica susah juga ya jadi anak Gubernur Rote, sabarrrrr!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Esai AAS: Kamu Melamar Apa atau Siapa?

Anatomi Essay Penerima Beasiswa CCIP

ESSAY REVIEW: Perempuan Penerima Tiga Beasiswa