5 Lelaki Single dan Inspiratif dari Lombok

“That’s always seemed so ridiculous to me, that people want to be around someone because they’re pretty. It’s like picking your breakfast cereals based on color instead of taste.” Kutipan ini saya temukan di dalam buku berjudul Paper Towns yang ditulis oleh John Green, saya juga menemukannya secara tersirat dalam jawaban-jawaban lima lelaki muda dari Lombok. Kelima pemuda ini biasanya akan kamu temui di berbagai acara sosial yang melibatkan berbagai yayasan dan komunitas-komunitas di Pulau Lombok. Mungkin lelaki ini juga pernah memungut sampah yang kamu buang di pantai-pantai, gunung-gunung dan setelah festival usai, atau bisa jadi pernah mengajar adikmu, mengajar kakakmu atau mungkin juga pernah mengajarmu saat mereka memberikan kuliah dan pengajaran umum di berbagai kampus dan di tempat-tempat terpencil di Pulau Lombok. Inilah lima lelaki single, manis dan inspiratif yang saya maksud.

1.     Ahmad Junaidi
Kalau kamu seorang volunteer pasti nama ini tidak asing. Ahmad Junaidi, akrab dipanggil Bang Junet adalah pendiri Yayasan Jage Kestare yang sekarang melayani sekitar 150 siswa. Yayasan ini terbentuk karena hobinya yang suka ngumpul dengan teman-teman dan mahasiswanya. Hobi ini pun membuat Jage Kestare  hampir tidak pernah kekurangan relawan, baik relawan asing maupun lokal. Setiap hari, lelaki yang mengaku jago masak Udang Cabe Ijo ini mengajar di Universitas Mataram. Selain mengurus yayasannya, waktu senggang ia habiskan banyak dengan bermain gitar, drum, jimbe, menyanyi dan mendengarkan musik progressive rock. Kedekatannya dengan alam telah menginspirasinya untuk tergabung dalam MAPALA, bahkan hingga saat ini ia masih aktif sebagai Board Advisor dalam organisasi ini. Tidak herankan kalau he is an environmental freak. Sekarang ia juga sedang menginisiasi kampanye skripsi dua sisi. Lelaki yang pernah mengenyam pendidikan di tiga negara ini terkadang menonton comedy romantic dan membaca karya-karya J.K. Rowling yang telah ia baca berulang-ulang saat SMA dan semasa awal kuliah. Ia juga mengaku tulisan-tulisan Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer telah banyak menginspirasinya. Sebelum menginjak perguruan tinggi, Geography, Bahasa Inggris, Sejarah dan Fisika menjadi mata pelajaran favoritenya. “Saya tidak suka Matematika dan Kimia” ungkapnya dengan polos. Saat menjadi student Exchange di US ia mengambil mata kuliah Native American Law yang membuatnya tergerak melakukan hal yang lebih untuk tanah kelahirannya. Definisi cantik menurut lelaki berambut ikal ini adalah “Feel comfortable to be who you are, having a mystery is always good.


Junet tidak punya warna yang paling ia suka, menurutnya semua warna indah. Kalau makan juga tidak pilih-pilih “free food is good,” ungkapnya sambil tersenyum kecil. Perlu diketahui bahwa lelaki muda yang tidak tahu pasti tanggal lahirnya ini bisa memasak sejak duduk di bangku SMP karena dibesarkan oleh dua orang tua yang sibuk bekerja. Di akhir wawancara, ia merekomendasikan satu buku berjudul The Game: Penetrating the Secret Society of Pickup Artist yang ditulis oleh seorang journalist US bernama Neil Strauss.

2.     Loetfi Ono
Loetfi Ono atau Ludfi Rusdiyono atau akrab dipanggil Upi oleh orang-orang terdekatnya ini adalah seorang guru Bahasa Inggris, pernah mengajar di SMA 1 Mataram selama beberapa tahun, namun sekarang lebih dikenal sebagai blogger dan explorer Lombok. Lelaki yang hobi membaca buku-buku Dan brown ini sudah menjejakkan kakinya di lebih dari 200 titik pantai di Pulau Lombok. Dibesarkan oleh seorang ayah yang bekerja sebagai engineering consultant telah memberinya kesempatan mengenal berbagai wilayah Lombok sejak berumur 5 tahun. “Saya sering ikut bapak buka jalan waktu masih kecil.” Tidak herankan kalau lelaki ini hobi belusukan. Loetfi juga mengungkapkan masa-masa SMAnya penuh dengan berbagai perjalanan. Ia sering berlayar dan pernah magang kerja di perusahaan ikan. Di sini ia belajar banyak tentang ecosystem laut. Karena sering travel, lelaki ini mengaku ravel tidak hanya mendekatkannya dengan alam, travel juga membuatnya menjadi well-organized, menjadi photographer yang baik dan tentu saja menjadi tukang masak yang jauh lebih baik.


Di waktu luangnya, selain membaca buku dan traveling, ia selalu meluangkan waktunya untuk jogging dan latihan menembak. “Saya suka nembak titik fokus, bukan nembak cewek ya,” candanya. Ketika masih kanak-kanak ia memiliki banyak cita-cita, ingin jadi intel, antropoligist dan ilmuan, namun seiring waktu hobi membacanya yang akut saat masih SMA membuatnya memilih untuk memperdalam Bahasa Inggris. Loetfi juga adalah salah satu penggagas Lombok Travel Buddy yang kini mengganti namanya menjadi Lombok Gateaway, salah satu badan promosi dan travel mate yang biasanya memandu college/students traveler yang datang ke Lombok. Sekarang Loetfi sedang menulis buku berjudul “Lombok Trip Dictionary” bersama salah satu penulis asal Lombok. Menurut lelaki kelahiran 89 ini cantik itu relative tapi sebenarnya cantik itu kindness and clean. “Saya suka cewek yang manis, dewasa, tanpa make-up, tingginya semampai kalau bisa dan on time,” katanya dengan gamblang.

3.      Juliantara
I am not a book worm, I am not theoretical, I am a practical one.” Inilah jawabannya saat saya meminta I Wayan Juliantara atau Juli menjelaskan tentang dirinya. Lelaki ini baru saja menamatkan kuliahnya, sejak kuliah ia sudah aktif di berbagai kegiatan sosial di Lombok. Hal ini juga yang membawa Juli mewakili YSEALI, Young South East Asian Leader Initiative di USA pada tahun 2015 dan YSEALI Regional Exchange di Thailand 2016. Tahun ini, bersama partner kerjanya Kris Ayu Madina, lelaki ini membangun Gumi Community yang menjembatani pertemuan dan kerja sama lebih dari sepuluh komunitas di Pulau Lombok yang diawali pada bulan oktober dengan Warung Dialog Inspiratif, Public Campaign on Gumi Festival pada bulan November, Gumi Festival di awal Desember dan Training for Rural Woman pada bulan Januari tahun depan.


Juliantara memang menghabiskan masa kecil hingga SMA di Pulau Bali. Ia sempat meninggalkan college sebelum menyelesaikannya karena sadar apa yang sebenarnya ia inginkan. Mimpi ini membawa ia hijrah dan menetap di Pulau Lombok kemudian belajar di Universitas Mataram. Pembaca lontar ini juga mengaku kalau cinta juga yang membawanya ke pulau ini. Jika melihat tubuhnya yang tinggi dengan berat badan yang ideal, kamu pasti tidak akan menyangka kalau saat SD ia sering dibuli terutama oleh kakak kelasnya. “Saya dulu kurus sekali dan sering dibilang Teacher’s pet,” ungkapnya tanpa ragu. Sejak kecil Juli ditanamkan untuk menjadi pribadi yang mandiri. Salah satu petuah orang tuanya yang tidak pernah ia lupa adalah “If you are not smart enough, you have to be earlier.”

Lelaki yang suka makan ambon dan minum kopi Lombok Utara ini bercerita kalau dia sering kali tertarik pada gadis yang memakai kaca mata pada saat duduk di bangku SMP dan menurutnya, cantik itu sama artinya dengan “strong.” Kalau ada waktu lowong, mountain biking dan photography adalah dua hal yang paling sering ia lakukan.

4.     Fathul Rakhman
Dibesarkan oleh orang tua yang bekerja sebagai pendidik telah membuatnya akrab dengan buku sejak kecil.  Kegiatannya sekarangpun tidak jauh-jauh dari persoalan membaca dan menulis. Fathul Rachman adalah redaktur di koran harian Lombok Post. Kalau membaca tulisan-tulisannya di koran ini biasanya menggunakan kode nama “Fat.”  Kalau di rumah, ia dipanggil “Ong.” Sedangkan teman-temanya sering memanggilnya Fathul.  


Sejak duduk di bangku kuliah lelaki muda ini telah disibukkan oleh berbagai kegiatan sosial seperti menjadi pembimbing penulisan karya ilmiah remaja dan bahkan menghubungkan mahasiswa-mahasiswa di Makasar dengan penduduk Lombok untuk melakukan berbagai jenis bakti sosial. Bersama timnya, lelaki ini tidak pernah lelah untuk mengadakan berbagai seminar, workshop dan festival, mengundang berbagai pakar lokal dan nasional (Goenawan Muhammad, Anhar Gongong, Putu Wijaya dan lain-lain) untuk memajukan tanah kelahirannya. Sekarang, selain disibukkan dengan urusan kantor dan pendidikan Magister yang sedang ia tempuh, lelaki ini juga adalah koordinator Kelas Inspirasi Lombok yang juga merupakan salah satu program Anis Baswedan, mantan Menteri Pendidikan Indonesia. Fathul juga adalah salah satu penggagas Sekolah Journalisme Warga yang sekarang sedang berlangsung di Bale Ite.

Lelaki lulusan Universitas Hasanuddin ini sejak kecil sering membaca buku-buku petualangan yang membuatnya suka bermimpi. “Saya membayangkan diri saya seperti tokoh di film Indiana Jones, seorang arkeolog yang berpetualang mencari temuan baru dan memecahkan berbagai misteri.” Pertama kali kemah saat kelas 1 SD di mana ia tergabung dalam tim Pramuka. Sejak TK lelaki ini sudah dekat dengan kopi karena Kakek dan Neneknya memiliki perkebunan kopi. Minum kopi adalah warisan keluarga. Tidak heran kalau lelaki ini punya hubungan yang sangat erat dengan cafein. Sekarang ia sedang berjuang untuk minum dua gelas kopi sehari.

Pecinta photography dan pembaca segala jenis buku ini mengaku kalau ia pernah jatuh cinta kepada adik bimbingannya. Ia juga menambahkan bahwa fisik bukan ukuran yang utama untuk medefinisikan kata cantik mengingat setiap orang pasti akan menua. Saya sendiri lebih memilih perempuan cerdas. Kecerdasan itu akan tetap, tak pernah orang makin bodoh seiring pertumbuhan usia. Justru akan semakin cerdas dan matang. Makanya saya lebih nyaman akrab dengan perempuan yang bisa diajak diskusi, bisa diajak debat, perempuan yang luas pengetahuannya.”  

5.     Mudji Idrus
Kalau mendengarnya berbicara dalam Bahasa Inggris pasti kamu tidak akan menyangka kalau dia orang Indonesia atau kanak Lombok. Aksennya persis seperti orang Inggris. Mudji Idrus memang sudah lancar berbahasa Inggris sejak duduk di bangku SMA. Kalau bertamu di rumahnya kamu akan dengan mudah mendengar bagaimana keluarganya switch and code dari satu bahasa ke bahasa lainnya.

Lahir pada bulan September 1993, masih berstatus mahasiswa, bekerja sebagai event conceptor, interpreter, MC baik lokal, nasional maupun international tidak membuat lelaki muda ini tidak punya waktu untuk melakukan kegiatan sosial di tanah kelahirannya. Menginjak semester lima, lekaki yang akrab dipanggil Jep oleh teman-temannya ini membangun EduLand bersama sahabat-sahabatnya. EduLand adalah organisasi yang fokus pada bidang pendidikan. Programnya sangat nomad misalnya seperti backpacking library atau mobile library yang menjangkau daerah-daerah terpencil di Lombok. Selain itu organisasi ini sering melakukan berbagai event baik di SD, SMP, SMA ataupun tingkat yang lebih tinggi.


Di sela-sela kesibukannya, Mudji sering mengisi waktunya dengan berenang, snorkeling, nonton doucmentaries dan ngumpul dengan teman-temannya. Sejak kecil Mudji suka bermain di luar rumah, sebagai outdoor person tidak heran dia selalu jatuh hati pada perempua yang easy going dan tidak takut terkena sinar matahari. “I am always a dreamer, waktu kecil saya mau jadi Professor, linguist yang bisa banyak bahasa, tapi sekarang I am alright by being me.” Katanya menjelaskan keinginan masa kecilnya.

Dibesarkan dalam lingkungan yang agamis tidak membuatnya diam dan menerima begitu saja apa yang diajarkan orang tuanya, lelaki yang mengaku sedang mempelajari agamanya sendiri ini memang sering kali dianggap pemberontak oleh Ayahnya. “Bapak saya memang sering ngak setuju but at the end dia akan bilang you can do anything but never hurt people.” Menurut lelaki yang pernah mengenyam pendidikan di negeri Ginseng ini cantik itu well-behaved, “bisa menempatkan diri dalam berbagai situasi,” tambahnya.

Apa yang kamu pikirkan setelah membaca tentang kelima lelaki ini? Apakah kamu ingin membaca buku-buku yang mereka sebutkan? atau berpikir kalau kamu masuk kriteria perempuan yang mereka sukai? Atau ingin mengikuti jejak mereka? Atau mungkin jawaban-jawaban mereka mengingatkanmu pada kata-kata seseorang yang pernah membuatmu jatuh cinta? Atau merasa seperti Drupadi yang bersedia menikahi lima Pandawa? Sebenarnya ada satu lelaki yang ingin saya masukkan ke dalam daftar ini tapi sayang dia sudah menikah dan berasal dari negara lain. 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Esai AAS: Kamu Melamar Apa atau Siapa?

Anatomi Essay Penerima Beasiswa CCIP

ESSAY REVIEW: Perempuan Penerima Tiga Beasiswa