5 Penulis Perempuan Lombok Yang Akan Menginspirasimu

Ada yang bilang penulis itu adalah orang-orang yang suka berpikir, memeras ide-ide mereka yang kemudian dituang menjadi huruf-huruf, kata, kalimat, paragraf, halaman-halaman dan buku-buku yang sampai di tanganmu. Ada juga yang bilang penulis itu orang-orang yang memikul beban berat di pundak mereka. Saat tangan mereka menggenggam pena dan menyentuhkan ujungnya pada kerta, mereka merasa beban itu semakin ringan. Yang jelas Living from the ink is a worth living, begitulah ungkapan yang tersirat dari setiap jawaban yang saya tanyakan pada lima penulis yang akan saya ceritakan padamu.

Dan saya percaya setiap penulis adalah maha guru, dan setiap karya mereka adalah energi-energi untuk penulis berikutnya. Karena ingin menjadi penulis yang baik, tentu saja saya mencoba berada dan terhubung dengan penulis-penulis di berbagai belahan dunia, tidak hanya melalui karya-karya mereka tetapi juga secara personal. Seperti kata pepatah,“Jika ingin harum, bertemanlah dengan penjual parfum.” Sejak memulai karir sebagai penulis di Pulau Lombok, saya mendapat banyak kesempatan untuk bertemu dengan penulis-penulis lokal yang mengharumkan nama NTB hingga ke tingkat nasional dan bahkan karya-karya tersebut membawa mereka masuk ke Istana Negara. Sebelum tahun ini berakhir saya ingin kamu mengenal mereka, paling tidak melalui article singkat ini.

1. Maia Rahmayati

Photo oleh Maia R
Kalau kamu sering membaca kolom opini di harian Lombok Post, nama perempuan berkacamata ini tentu sangat akrab. Karyanya yang harus kamu baca adalah Pawon, Bumbu Sehat untuk Berpikir. Tulisannya mengingatkan saya pada seorang penulis lulusan Harvard bernama Rima Sjoekri yang pernah saya temui di sebuah Writer Festival beberapa tahun lalu. Buku dari kedua penulis ini sama-sama menggambarkan bagaimana makanan menjadi perekat hubungan antara ibu dan anak, hubungan dan masalah-masalah sosial. Perempuan yang selalu membuat orang-orang tertawa ini mulai menulis sejak SMP. Karya-karyanya telah membawanya ke Istana Negara, tahun ini ia juga dinobatkan sebagai blogger nomor satu NTB. Untuk membuat mood menulisnya stabil ia biasanya jalan-jalan. Maia yang juga berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan activist ini bisa menulis di mana saja karena ide-ide sering kali menghampiri tanpa mengenal tempat. “Sometimes those ideas come in the middle of a conversation, half of me is in my writing, many times I feel like living in a two worlds.” Dalam proses menulis, ia harus ditemani beberapa gelas air putih. Inpirasi menulisnya muncul lancar setelah membaca nota-nota, menulis laporan dan melihat wajah emak-emak yang ia temui di berbagai pelatihan. Karyanya bisa langsung dilihat pada blog pribadinya Pawon Maya Mari Meramu Kata Sekarang Maya sedang mempersiapkan buku keduanya. 

2. Andy Hardiyanti

Photo oleh Andy H
Akrab dipanggil Andy, dikenal sebagai e-journalist atau blogger, adalah ibu dari dua anak perempuan dan dibesarkan bersama dengan tiga saudaranya yang juga perempuan. Lahir dan besar dalam academian family membuat Andy mulai menulis sejak kecil, sejak duduk dibangku SD. Karya-karyanya telah menjuarai berbagai kompetisi menulis baik tingkat lokal maupun nasional. Selain pandai menulis, perempuan berkaca mata ini adalah seorang yang philanthropist.  Dalam berbagai project menulis yang ia kerjakan, biasanya ia akan mengundang blogger-blogger muda Lombok untuk menjadi teamnya dalam meliput berbagai acara. “Empowering the youths to be a better writer.” Dalam proses menulis, penyuka karya-karya Aan Mansyur ini tidak punya tempat spesifik untuk menulis. Biasanya sofa dan kamar tidur di rumahnya adalah kantor. Area non smoking Maktal Coffee Bar adalah tempat favoritnya, tentunya ditemani kopi atau teh panas dengan sedikit gula, “air putih harus!” Penasaran dengan tulisan Andy? bisa langsung dibaca di blog pribadinya. Sekarang Andy sedang membaca sebuah novel berjudul Silariang yang akan difilmkan bulan January 2018.

3. Julia Arungan

Photo oleh Julia Arungan
Pertama kali mendengarkan sajak-nya di sebuah sekolah tempat kami bekerja dulu setelah rapat, sajak tentang ibu-ibu yang membuat saya dan semua perempuan tertawa, termenung dan berpikir tentang menjadi seorang perempuan. Julia mulai menulis sejak duduk di bangku SMP. Sajak-sajaknya mewarnai berbagai antologi Dari Neger Poci, Taman Pitanggang dan lain-lain. Salah satu sajak yang ia tulis dan paling ia sukai adalah “Ketika Drupadi Mati” yang masuk dalam Antologi 100 Perempuan Dalam Puisi. Karya-karyanya syarat dengan pengalaman pribadi dan isu-isu social. Ia mengaku bahwa Rendra adalah salah satu penulis yang paling berpengaruh. Julia pernah terpilih untuk mewakili Indonesia Timur dalam penulisan buku Literasi Anak Indonesia yang sayangnya tidak bisa ia ikuti karena alasan study yang tidak bisa ditinggalkan. Karir menulisnya pun sempat off karena karir mengajar di Dubai. Untuk menghasilkan suatu karya Julia tidak memiliki tempat favorite. Ia bisa menulis di mana saja.  “Lebih tenang, lebih baik.”  Julia Arungan adalah penulis tanpa blog, saya memfollow setiap akun social medianya untuk menikmati kata-kata, puisi dan paragraph yang ditulisnya. Sekarang Julia sedang menyelesaikan pendidikan Magister di University of South Australia. Perempuan yang juga seorang guru drama ini sebelumnya  pernah saya muat dalam tulisan berjudul Perempuan Penerima Tiga Beasiswa.

4. Rohani Inta Dewi


Photo oleh Rohani Inta Dewi
Penulis berwajah manis ini memang lebih dikenal sebagai seorang activist perempuan dan dosen di Fakultas Hubungan International di beberapa kampus swasta dan negeri di Pulau Lombok. Dua karir yang ia tekuni ini telah membawanya ke beberapa negara untuk belajar tentang indigenous issues dan masalah-masalah yang terkait dengan gender. Perempuan yang pernah mendapat pelatihan di Columbia University ini memulai karirnya di dunia tulis menulis sejak tahun 2014. Walaupun terbilang singkat karyanya sudah mampu menembus level nasional. Karena essay-essay inspiratif yang ditulisnya, perempuan yang akrab dipanggil Hani ini mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu pembicara di Istana Negara.  Inspirasi dan semangat untuk menulis datang dari suaminya “Dibalik istri yang sukses ada laki-laki/suami amazing disampingnya." Karya-karyanya dipenuhi dengan masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan perempuan, pluralism dan perdamaian. Sekarang Hani sedang membaca tiga buku, Tak Ada Tempat Perempuan Di Surga oleh Nawa El-Sadawi, Maya karya Ayu Utami dan Indonesian Women and Local Politics karya Kurniati Hastuti Dewi. Menurut Hani setiap buku yang ia baca memiliki pengaruh dan ruh dalam pribadinya. Saat menulis, Hani selalu ditemani kopi.

5. Ilda Karwayu

Photo oleh Ilda Karwayu
Saat saya mempharaphrazing  semua jawaban yang saya baca dari setiap penulis, saya merasa berdosa karena rasanya tidak adil. Saya ingin kamu, pembaca, juga merasakan indahnya lekuk kalimat dan nikmatnya paraghraph-paragraph dari jawaban asli penulis-penulis yang saya ceritakan ini. Karena itu saya pilihkan satu tanpa pharaphrizing. Enjoy it!

Jawaban atas semua pertanyaan hidup dari Mbak Zi kepada Ilda:

Bisa Ceritakan sedikit tentang diri Anda?
Saya anak sulung dari tigabersaudara. Hidup dari keluarga tidak romantic namun sangat demokratis. Orang tua selalu terbuka untuk mendiskusikan segala pilihan hidup anak-anaknya. Maka beginilah saya sekarang: mengajar dan mempelajari seni. Saya; manusia intrapersonal sekaligus interpersonal.

Apa judul tulisan yang paling Anda sukai dari sekian puisi, article atau essay yang Anda Tulis? Mengapa?
Saya menulis puisi dan esai. Baru-baruini belajar menulis cerpen. Dari semuanya, saya paling suka cerpen “TentangManusia yang Menikah”. Mengapa? Karena cerpen ini menjadi bukti bahwa saya bisa menulis cerpen yang layak terbit.

Sudah berpa lama Anda menulis dan siapa/apa yang membuat Anda terus menulis? Siapa yang Menginspirasi Anda?
Secara teknis, saya mulai belajar menulis secara serius sejak tahun 2011. Masuk Komunitas Akar pohon Mataram atas ajakan salah satu senior saya di MEDIA Unram, Rina Yulianti. Meski lambat laun saya menyadari sudah hobi menulis sajak sejak SMP. Mengapa harus menulis? Karena itu satu- satunya cara saya untuk merawat ingatan. Selain itu, berbagi gagasan dan pandangan ke setiap orang sangatlah menyenangkan. Ada dua orang yang menjadi inspirasi saya untuk tetap menulis: Kiki Sulistyodan Budi Darma. Orang-orang seperti mereka hanya akan ada selang beberapa tahun di dunia. Tapi, entahlah. Mereka membuat saya iri.

Hal Apa yang paling berperan dalam tulisan Anda?
(Social Issues, that you heard, your life and etc)
Manusia. Manusia adalah makhluk paling kompleks di dunia. Mereka bergerak dan membuat segalanya ikut bergerak.

Ceritakan sedikit tentang tempat favorite Anda untuk menulis!
Tidak ada tempat khusus/kesukaan. Orang moody macam saya harus segera menuliskan ide (minimal konsep) agar ia tidak basi. Asal ide muncul, langsung tangkap! Dicatat-catat, nanti dirapikan.

Minuman apa yang suka menemani Anda saat menulis?
Air putih, lebih mudah didapat.

Buku apa yang sedang And baca sekarang?
Ada dua buku yang saya baca bergiliran. “Kesialan Orang Lajang—kumpulanfiksi mini” karya Franz Kafka dan“Memasak Nasi Goreng tanpa Nasi” antologi kritik sastra pemenang sayembara kritik sastra DKJ 2013.

Buku apa yang membuat mimpi Anda sebagai penulis semakin kuat?
Tidak ada. Saya menumbuhkan tekad untuk tetap menulis dari menyimak kisah proses kreatif para penulis, bukan dari karya-karyanya.

Bisa ceritakan sedikit tentang publikasi dan Award yang pernah Anda menangkan?
Sejak 2011 hingga 2017, tidak banyak yang bisa dikatakan ‘saya menangkan’. Ada beberapa yang tercatat dalam blog pribadi: http://suratkarwayu.blogspot.co.id/2015/10/buku-buku-antologiku.html. Namun ada dua buku yang belum saya perbaharui, yakni: “Identitasmu Pemenang!” (2015) hasil residensi Aku massa Chronicle di Lombok Utara dan “IroniBagi Para Perenang” (2017) puisi pilihan Suara NTB 2014-2015. Saat ini saya sedang menggarap buku puisi tunggal pertama.

Apa yang Anda lakukan ketika diserang Writer’s block?
Melamun. Mengamati orang-orang di tempat ramai. Mengutuk diri sendiri sampai puas.

 Apa hobi Anda selain membaca dan menulis?
Mendengarkan musik.
x

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Esai AAS: Kamu Melamar Apa atau Siapa?

Anatomi Essay Penerima Beasiswa CCIP

ESSAY REVIEW: Perempuan Penerima Tiga Beasiswa