Ayo Mandi Di Ninting


Banyak sungai-sungai di Lombok disebut Ninting. Ada yang tahu dari mana kata ini berasal? Saat belajar Introduction to Linguistics dulu, saya pernah mendengar tetang istilah onomatopoeia. Kata-kata yang berasal dari bunyi. Misalnya seperti kata meow yang berasal dari suara kucing. Kalau ninting sendiri mungkin berasal dari kata ting, suara yang sama dari bunyi batuan di sungai saat dihantam arus air. Well forget about the origin of the word “Ninting” karena saya selalu membutuhkan seorang linguist untuk benar-benar yakin dari mana asal usul kata tersebut, dan sebenarnya bukan asal usul kata itu juga yang ingin saya ceritakan padamu.


Ninting yang ingin saya ceritakan adalah sebuah sungai yang berada di daerah Bukit Tinggi, bukan Bukit Tinggi di Sumatra, tapi Bukit Tinggi yang ada di Pulau Lombok. Kalau kamu tidak percaya di Lombok juga ada Bukit Tinggi, datang ke rumah ibuku, saya akan tunjunkkan tempat ini. Bukit Tinggi adalah sebuah desa yang terletak sekitar 40 menit dari Kota Mataram, karena terletak di ketinggian, desa ini dinamakan Bukit Tinggi. Dari desa ini, Kota Mataram terlihat jelas seperti petak-petak yang didominasi oleh warna putih.

Jalan menuju Desa ini sangat sejuk dan teduh, pada musim hujan seperti tidak ada siang hari. Sepanjang hari adalah pagi. Sedangkan pada musim kemarau, jam 12 siang terasa seperti jam 10 pagi, tidak begitu panas, apalagi kalau berendam di Sungai Ninting yang airnya dingin, rasa segar akan dirasakan sepanjang hari. Saat melihat sungai ini kamu juga akan teringat masa-masa kecilmu, saat sungai-sungai di sekitar rumahmu belum tercemar sampah plastik, pohon-pohon masih lebat dan jalan-jalan kecil belum ditutup oleh semen.  Biasanya saya akan memarkir sepeda motor saya di mesjid dan jalan sekitar 10 menit untuk turun ke sungai, sedangkan untuk naik kembali membutuhkan waktu lebih lama. Melawan gravitasi memang lebih sulit, bobot badan terasa lebih berat. Selama perjalanan, terlihat padang ilalang, kebun penduduk dan pematang sawah.





Sepanjang mata memandang, Sungai Ninting dipenuhi oleh bebatuan dengan variasi bentuk yang sangat kaya. Ratusan air terjun kecil membentuk warna putih, sedangkan beberapa genangan air yang luas berwarna biru hijau, refleksi warna pohon-pohon dan langit terlihat seperti danau I wanna bath with you here. Di atas batu-batu besar, tidak jarang terlihat para petani sedang menunaikan sholat Ashar ataupun Zuhur. Beberapa penduduk desa menyebrangi sungai sambil membawa dua keranjang rumput untuk makanan sapi-sapi mereka. Sebelum dan setelah mandi biasanya saya dan teman-teman akan duduk di atas carpet alami dari rumput-rumput liar sambil membuka kotak nasi kami masing-masing, sejenak melupakan suara motor, mobil atau klakson-klakson yang memenuhi kota Mataram.  

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Esai AAS: Kamu Melamar Apa atau Siapa?

Anatomi Essay Penerima Beasiswa CCIP

ESSAY REVIEW: Perempuan Penerima Tiga Beasiswa