Emily Dickinson: Perempuan dan Penulis
Saya diperkenalkan dengan karya Emily Dickinson pertama
kali pada tahun kedua di universitas dari kumpulan fotokopian yang berisi puisi-puisi
dalam Bahasa Inggris oleh seorang dosen, namun
sayangnya beliau sepertinya kurang tertarik membahas kehidupan penyair di dalam
kelas, semua penjelasannya sangat struktural dan fokus pada karya, sangat objektif
hingga kadang saya merasa ada rasa dan perasaan yang dihilangkan, we should be more omnijective, harusnya
saya bersyukur sudah diajar dan diperkenalkan bukan mengkritik.
Enam tahun kemudian saya bertemu dengan seorang Professor yang
matanya akan berair bila menyebut nama satu penyair “Emily Elizabeth Dickinson”.
It will be challenging for you to relate to this
feeling especially if you are not into poems and being a poet is the last thing
that you want to be in your list. Mungkin saat melihat Professor ini
kamu akan mengatakan dia terlalu berlebihan atau mungkin kamu akan berpikir
kalau Professor ini lebih cocok jadi guru drama. Anyway hari itu di kelas, kami
membahas tentang beberapa penulis yang hidupnya diikuti “awan hitam.” Selain
Edgar Allan Poe, salah satu di antaranya adalah Emily.
Professor saya memperkenalkan Emily dengan puisinya yang diawali
kalimat “I am nobody! Who are you?”
Kemudian kami diminta menjawab siapa kami. Beberapa jawaban muncul seperti I am a broken man who works in MC Donald, I
am from water, I am sometimes not who I am, I am an old soul dan lain-lain. Setelah itu, kami disajikan dengan kampung halaman Emily, tempat ia dilahirkan,
dibesarkan dan tempat dia menghabiskan hidupnya yang terbilang singkat. Emily lahir di Amherst, Massachusetts pada
bulan Desember 1830. Sekarang negara bagian Massachusetts disebut-sebut sebagai
salah satu pusat pendidikan dunia dan merupakan rumah lebih dari 800 kampus dan
universitas-universitas terbaik di dunia. Walaupun demikian, pada abad ke 18 di
negara bagian ini, menerbitkan tulisan adalah hal yang menantang, tidak
terkecuali untuk Emily Dickinson karena puisi-puisinya unik dan modern dan tidak sesuai dengan eranya.
Selama hidupnya tak seorangpun mengenal Emily
sebagai penyair kecuali sahabat-sahabatnya yang ia kirimi surat di mana ia bisa
dengan bebas melampirkan puisi-puisinya. Beberapa puisinya terbit namun selalu
tanpa nama, diikuti dengan tulisan anonymous.
Kalau kamu membaca kutipan tua dengan tulisan anonymous di bawahnya, itu biasanya ditulis oleh perempuan! Emily was
ahead of her time. Ia tidak melihat ada alasan mengapa kulit putih dan
hitam harus dibedakan seperti yang dipikirkan oleh orang Amerika pada umumnya, salah satu sahabat Emily berkulit hitam. Emily meninggal pada
umur 56 tahun karena penyakit ginjal yang disertai dengan gangguan pada hati.
Kumpulan puisi yang ia tulis resmi dengan namanya diterbitkan pertama
kali tahun 1890, 4 tahun setelah kematiannya. Semasa hidupnya ia menulis sekitar
1800 puisi yang ia bukukan sendiri dengan menjahitnya. Bahkan suatu hari ia dan
sahabat perempuannya diam-diam mengikuti kuliah dengan menyamar sebagai laki-laki.
Hal ini diketahui oleh Ayahnya dan membuat Ayahnya sangat geram. Menurut sang
Ayah, perempuan harus berpendidikan namun bukan pendidikan seperti yang
didapatkan oleh laki-laki dan mengikuti kuliah seperti yang Emily lakukan diam-diam sangat
merusak nama baik keluarga. Terlepas dari pemikiran Ayahnya yang kuno, ada tiga sahabat laki-laki yang selalu mendukungnya untuk terus menulis puisi.
I'm nobody! Who are you?
Are you nobody too?
Then there's a pair of us--don't tell!
They'd banish us, you know.
How dreary to be somebody
How public, like a frog
To tell your name the livelong day
To an admiring.
Membaca karya dan perjalanan hidup Emily Dickinson membuat
saya semakin percaya bahwa di dunia ini tidak ada kata yang sengaja, semua ada
karena keberadaan bukan kebetulan, misalnya seperti kata perempuan dan penulis
atau women dan writer yang memiliki huruf awal atau suku kata yang sama.
ReplyDeletepermainan poker yang gampang menangnya hanya di IONQQ
ayo segera di coba permainan kami :D
WA: +855 1537 3217
Puisi-puisi terus, di instastory apalagi wkwkwkkk
ReplyDelete