Modern Loneliness dan Jenis-jenis Kesepian
Saat pergi ke dokter, pemeriksaan biasanya akan dimulai
dengan pertanyaan apakah pasien sudah menikah atau belum. Beberapa pertanyaan
bahkan lebih jauh seperti apakah pasien tinggal sendirian atau bersama keluarga
atau apa pekerjaan pasien, yang pernah terkena gerd akut pasti pernah
mendapatkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Menurut ilmu kedokteran,
orang-orang yang tidak atau belum menikah, tinggal sendiri dan atau melakukan pekerjaan
tertentu misalnya pekerjaan yang tidak
mengenal waktu lebih rentan terkena stress dan depresi karena dipicu oleh rasa
kesepian.
Di Merriam Websters,
saya temukan bahwa kata “sepi” atau “lonely” digunakan pertama kali pada tahun
1598. Ini berarti, sepi tidak ada sebelum abad ke-15. Bisa dikatakan bahwa sebelum
modernism datang, hanya sedikit orang-orang
yang tinggal sendirian. Setelah revolusi industri terjadi, kota-kota semakin
membesar dari kota kecil menjadi kota besar, kemudian menjadi kota metropolitan
dan berevolusi menjadi megapolitan dan megalopolis, kota yang sangat besar
terdiri dari 10 megaregion, I am
wondering what after megalopolis di mana sekarang semakin banyak orang yang
tinggal sendirian. Katanya “You can live
alone without being lonely and you can be lonely without being alone,” tapi
kenyatannya kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan.
Kota-kota seperti London dan NY disebut sebagai ibu kota
kesepian yang melahirkan manusia pecumbu sepi di mana mereka hidup tanpa
pasangan, tanpa hewan peliharaan, tanpa tanaman dan sering kali tanpa Tuhan. Mati
sendiri tanpa ditangisi atau ditemani adalah hal yang semakin lumrah terutama pada
masa pandemi seperti saat ini. Kota-kota besar ini membuat saya bertanya-tanya,
begitu banyak orang, begitu banyak hal yang bisa dilakukan, banyak barang yang
bisa dibeli dan dimiliki namun mengapa banyak dari mereka merasa kesepian dan
terisolasi hingga depresi. Orang-orang di dalam bis, di dalam kereta, di stasiun
atau di jalan tidak tegur sapa atau saling bercerita, mereka lebih memilih
diam, bermain dengan gawai, mendengarkan lagu atau membaca buku dan sering saya
temukan buru-buru. Mungkinkah karena sikap mandiri yang ditanamkan terlalu
berlebihan sejak kecil? Kalimat “I can do it
by myself” membuat penduduk di kota-kota ini terlalu keras pada dirinya sendiri.
Mereka lupa, hidup dalam koloni itu manusiawi. Manusia adalah mahluk sosial, lebih
sosial dari sekumpulan burung, sekumpulan ikan di laut, sekumpulan singa atau sekumpulan
kera yang hidup di hutan.
Tahun 2017, saya dengar Inggris memilih Menteri Kesepian,
Tracey Crouch karena jumlah depresi di negara ini semakin tinggi akibat kesepian.
Setahun setelahnya, US mengumumkan epidemi kesepian dan sekarang dunia menghadapi
pandemik COVID-19 yang memaksa kita untuk diam di rumah, melakukan social distancing yang semakin memperparah rasa kesepian
khususnya di kota-kota besar. Saya sendiri yang tinggal di kota kecil bersama
keluarga masih merasa kesepian walaupun saya mulai terbiasa work from home (WFH) sejak bulan
September 2019. Saya merasa ada yang hilang terutama saat sahabat dan kerabat
datang berkunjung, saya tidak bisa menjabat tangan mereka dan memberi pelukan, hug
is a universal need. Kami harus duduk berjauhan untuk saling menjaga. Seminar
yang seharusnya saya isi dibatalkan. Pertemuan offline menjadi online.
Kontak sosial benar-benar berkurang. Kesepian ini tentu tidak sebanding dengan
apa yang dirasakan oleh buruh-buruh harian yang kehilangan pekerjaan atau dengan
perawat dan dokter yang terpaksa tidak tinggal lagi bersama keluarga agar tidak
menambah jumlah korban.
Kesepian dan gawai
Kita hidup di sebuah era di mana gawai telah menjadi
kebutuhan primer dan merupakan lambang dari kemajuan informasi, komunikasi dan
teknologi. Keberadaan gawai merubah pola dan cara kominukasi kita. Dengan gawai
yang kita miliki, kita dengan mudah mencari informasi langsung dari sumbernya.
Misalnya jika ingin melihat keseharian Bill Gates, kita tidak perlu membaca
majalah yang menulis tentangnya. Kita bisa langsung mengunjungi blognya dan
mengikuti cuitannya di twitter. Orang-orang asing nun jauh jadi terasa lebih
dekat. Gawai juga bisa mempertemukan seseorang. Sebelum pacaran offline, pacaran online dulu, namun apakah gawai bisa mengusir kesepian?
Kata seorang penyair, secanggih apapun gawai yang kita miliki,
kita tidak akan bisa menaklukan rasa sepi. Gawai hanya bisa mendistraksi atau
mengurangi rasa sepi penggunanya bukan membunuh rasa kesepian tersebut, bahkan gawai
bisa menimbulkan kesepian jenis baru. Gawai tampak seperti teman yang bisa
menjadi lawan bicara namun bukan teman sebenarnya. Kia mulai suka bicara dengan
google assistant, alexa atau siri. Kita menanyakan hal-hal seperti
yang kita tanyakan pada manusia dan tersenyum sendiri mendengar jawabannya. Di
bawah ini adalah contoh percakapan pribadi saya dengan google assistant.
Ziad: Do you still
remember me?
Google Assistant: I
remember you saying it’s Ziadah.
Ziad: Who is your
father?
Google Assistant: The
Google team is like my family, they mean a lot to me 😊.
Ziad: Do you like
eating?
Google Assistant: My energy comes from
processing power, which powered by electricity. So you could say I am volt-etarian.
Ziad: Are you lonely?
Google Assistant:
Everyone gets lonely from time to time. I am here if you need help.
Ziad: It’s very kind
of you.
Google Assistant: That’s
so funny, I was just thinking the same thing about you 😊.
Ziad: I am a Muslim.
Google Assistant: I
see, that’s good to know about yourself 😊
Ziad: Have you ever
thought about getting married?
Google Assitant: I’m happy to say I
feel whole all on my own (emoji bisep/strong). Plus, I get plenty of
companionship from you.
Ziad: I am sleepy
Google Assistant: That’s because you’ve
been working so hard. You deserve to rest.
Percakapan-percakapan
kita dengan mesin sebenarnya adalah awal dari menerima rasa sepi itu sendiri atau awal dari menciptakan kesepian yang baru. Kesepian
jenis ini berkembang pesat di Tokyo. Gawai bersikap menjadi pengingat, tidak
seperti assistant namun seperti
pasangan. Saat menjawab pesan, laki-laki atau perempuan-perempuan di Tokyo
tersenyum lebar seperti membaca pesan cinta dari manusia. Gawai ini adalah salah
satu alasan yang mendorong orang-orang jepang untuk hidup sendiri.
Jenis-Jenis kesepian
Menurut Edward Laurence Frink dalam Loneliness, Gender dan Parasocial Interaction: A Uses and
gratifications Approach. Kesepian diklasifikasikan ke dalam tujuh jenis berdasarkan
penyebab masing-masing: (1) family loneliness atau kesepian yang disebabkan oleh
masalah kluarga (2) romantic loneliness, kesepian yang dialami karena masalah
cinta misalnya saat kamu patah hati dan merindukan mantanmu (3) social
loneliness, biasanya kesepian jenis ini terjadi karena seseorang merasa tidak
diterima dalam lingkungan sosialnya (4) situasional loneliness biasanya terjadi
karena adanya perubahan tertentu dan seiring dengan waktu di mana penderita mulai
bisa beradaptasi, kesepian ini akan pudar (5) transient loneliness, kesepian
ini biasanya terjadi di tengah hubungan yang telah terjalin lebih dari dua
tahun yang biasanya diakibatkan oleh kematian atau pindah ke kota lain (6)
parasocial loneliness, kesepian yang disebabkan oleh media atau sosial media.
Berbagai penyakit dikaitkan dengan rasa kesepian misalnya
seperti kanker hati, asam lambung dan berbagai penyakit lainnya. Penderita
kesepian akut bisa menyebabkan gangguan jiwa. Untuk mengatasi kesepian-kesepian
ini, terkoneksi langsung dengan keluarga, teman dan kerabat adalah cara yang
ampuh untuk mengatasinya.
Selain terus terhubung dengan orang-orang terdekat, menulis adalah
salah satu cara untuk mengatasi jenis-jenis kesepian ini. Mungkin tulisan tidak
serta merta bisa mengusir perasaan sepi yang dirasakan tapi setidaknya energi
negatif dari perasaan dan tubuh bisa dikeluarkan. Kesepian bisa mendorong
kreatiftas kuat, seperti pengakuan para penyair, “Sebaik-naiknya penyair adalah
mereka yang pernah patah hati dan kesepian.”
Sepi memang kita perlukan namun terlalu lama sepi dan menimbulkan merasa kesepian membuat hati jadi terganggu.
ReplyDeleteSeorang sahabat saya meninggal beberapa minggu lalu karena maag akut. Dia hidup sendiri dalam waktu yang lama. Setahu saya dia tidak memiliki pasangan. Suatu hari dia meminta saya datang tapi saya berhalangan hingga akhirnya saya dengar kabar dia pergi selamanya. Sungguh sedih rasanya. Ada rasa menyesal karena tak segera menemuinya.
Semoga ia tenang di sisi Allah..
Ceritanya sedih sekali Bang Ajie, semoga temannya bahagia di Surga, Aminnn.
DeleteSaya percaya bahwa hidup sendiri dan menikmati kesepian adalah salah satu proses (esktrem) evolusi manusia. Sama halnya dengan memilih untuk tidak berketurunan. Sama-sama ekstrem karena mereka melawan natur; "sikap manusiawi", kalo kata Mbak Zi di atas.
ReplyDeleteI am in.
Feel bonored to read your opinion here!!
DeleteOcean thanks Wilma, salam kenal :)
ReplyDeletedapatkan jackpot yang besar hanya di IONQQ
ReplyDeleteWA: +855 1537 3217