Di Hollywood Sign

"Once I was a tourist and I did Cheesy things"

Setelah Las Vegas, tujuan berikutnya adalah Los Angeles. Saya sengaja mengambil bis malam dari Las Vegas ke kota ini untuk menghemat biaya. Saat keluar dari terminal Greyhound, saya cukup terkejut dengan keadaan Los Angeles.  Homeless berserakan di jalan, beberapa membangun tenda dan rumah kardus di tepi Jalan.


Saya mengambil camera dan menzoom pemandangan ini, mengclick tombol beberapa kali. Semua gambar yang saya tangkap blur karena getaran bis kota yang saya tumpangi. Saya tidak mencoba lagi, saya diam dan duduk manis di antara penumpang sambil memandang ke luar. Los Angeles tidak sepenuhnya seperti sebagian besar film yang di gambarkan Hollywood. Semakin jauh bis melaju, tenda-tenda homeless tak terlihat lagi. Pemandangan berganti, terlihat jalan-jalan yang bersih tanpa sampah, gedung-gedung tinggi seperti menusuk badan langit.

Saya turun di pemberhentian terakhir. Supir bis menawarkan saya untuk membeli one day pass agar lebih hemat. Dalam sehari saya bisa menaiki bis manapun di kota ini hanya dengan USD 8. Dari bus stop sana menaiki bus lain, sekitar 30 menunggu bis tersebut datang dan membawa saya ke Hollywood.


Pemandangan di sepanjang tempat ini berbeda jauh dengan Los Angeles yang pertama kali saya lihat. Pohon-pohon yang tumbuh di daerah pantai mulai terlihat. Bangunan dengan gaya Amerika latin sangat mudah di temukan. Berjajar berbagai sekolah musik, film dan sekolah seni peran di tempat ini. Saya juga melihat satu gereja besar bertuliskan Scientology. Mobil-mobil mewah bukan barang mewah lagi.

Walaupun Hollywood menjadi icon Amerika, saya merasa tempat ini tidak sperti Amerika pada umumnya karena saya sering  mendengar orang-orang di sini berbahasa Spanyol. Mungkin karena negara bagian ini terletak lebih dekat dengan negara-negara latin dan sebelum menjadi negara bagian America California adalah bagian dari Mexico.

Saya berhenti di sekitar Hollywood saya naik bis lain. Bis ini gratis membawa tourist menuju Hollywood sign. Karena isi bis hanya saya, saya berinitiative untuk membuka percakapan dengan Pak Supir.

“I feel like Hollywood is so different, well have you seen any movie starts?”
“Yeah sometimes”
“What do you do when you meet them?”
“I don’t care. I care about my own life”


Saya hanya ternyemum memandang spion tidak tahu harus memberi respon apa. Akhirnya bis berhenti, Pak Supir menyuruh saya mengikuti jalan yang menanjak ke kiri untuk melihat sign ini. Untuk mecapai Bukit Hollywood, dari tempat pembertian bis hanya 30 menit jalan. Setengah jalan adalah pemandangan perumahan ala Hollywood dan setengah jalan berikutnya adalah bukit-bukit yang saling menghimpit.


Bukit ini tidak terlalu tinggi. Saat ke bukit ini saya tidak melihat banyak turis. Saya lebih banyak melihat orang local yang sepertinya berolah raga  seperti biasa. Di atas bukit saya bisa melihat Kota Hollywood dan Los Angeles dan tentu saja berpose di depan Hollywood Sign, ikut melakukan Cheesy thing seperti tourist lainnya.

Angin nusim dingin bertiup cukup hangat, lebih hangat dari Iowa tempat di mana saya tinggal. Orang-orang di sini tidak berjalan secepat orang-orang di NY atau di Mid West. Mereka berjalan lebih santai sepertinya tidak ada janji meeting yang harus dihadiri. Saya merasa tempat ini memiliki twist of Indonesia. 

Comments

Popular posts from this blog

Esai AAS: Kamu Melamar Apa atau Siapa?

Anatomi Essay Penerima Beasiswa CCIP

ESSAY REVIEW: Perempuan Penerima Tiga Beasiswa