Las Vegas The Sin City

“Orang bilang kalau datang ke kota ini tidak sah kalau tidak melakukan dosa”


Sebelum datang ke kota ini memang hampir semua teman saya mengatakan kalau tempat ini hanya gurun gersang yang tidak akan hidup tanpa judi, seks dan berbagai hiburan lainnya. Dan akhirnya, mau tidak mau saya harus menginjakkan kaki saya di Las Vegas. Tempat ini tidak saya masukkan ke dalam list utama perjalanan saya namun karena akses ke Grand Canyon lebih murah dari Arizona sayapun memesan tiket Phoenix- Las Vegas, meninggalkan Keating Avenue Apartement, Mesa, tempat saya singgah beberapa hari. Diana, teman saya menelphon Uber untuk mengantarkan saya ke terminal bis yang berada di pusat kota Phoenix.

Tiket Grayhound seharga USD 30 membawa saya ke Las Vegas dalam waktu 9 jam. Perjalanan ini terasa cepat, saya tidak hanya menghabiskannya dengan tidur dan membaca, saya mengambil video wajah Arizona. Pemandangan kaktus-kaktus raksasa dan berbagai tanaman gurun sangat unik. Saya juga melewati beberapa daerah di Arizona yang bersalju di mana bis yang saya tumpangi berhenti beberapa kali.

Jam 4 pagi, bis yang saya tumpangi sampai di Las Vegas, cahaya lampu kota ini sangat terang membangunkan saya yang terlelalp pulas. Kali ini saya tidak membiarkan penumpang lainnya mendahului. Saya bergegas mengambil barang bawaan di bagasi dan memasuki ruang tunggu terminal. Saya membasuh muka, menyisir dan mengikat rambut saya di restroom, saya tidak mandi. Saya diam di stasiun sampai hari terlihat lebih terang. Jam 7 pagi Uber yang saya pesan sudah menunggu di depan, supir itu membukakan pintu dan menaruh barang bawaan saya ke bagasi.

“Could you please take me to The Hostel Cat, it is only 10 minutes from here I guess.”

“Sure”


Lelaki itu membuka GPS dan mengetik tempat tujuan. Dalam hitungan kurang dari perkiraan, saya sudah sampai di tempat tujuan. Hostel ini tidak bertingkat, terlihat sangat sederhana dan sangat sepi. Hal pertama yang terpikirkan adalah isinya sedang tertidur pulas setelah pesta semalaman. Sayapun mengetuk pintu lobby hostel, sangat aneh karena biasanya tempat umum selalu terbuka. Pintu dibuka oleh seorang laki-laki bermata biru laut, berambut cokelat, padanan yang asing tapi hostel ini terlihat tidak asing, lobbynya lebih sempit dari hostel-hostel yang pernah saya tinggalli sebelumnya. Saya mengeluarkan paspor saya dan membayar sewa untuk tiga hari dua malam. Saya juga tidak menandatangi dokumen apapun, lelaki pembuka pintu dan receptionist itu kemudian menjelaskan di mana ruang makan, password untuk akses internet, kode pintu untuk memasuki beberapa ruangan dan beberapa tour yang mereka tawarkan.

“We have Club Crawl every night and we gonna have Christmas Party too”

“I’ll let you know if I am interested to join” 

Jawab saya singkat dan berlalu menuju arah petunjuk yang tertempel di dinding. Untuk menuju ke kamar, saya harus melewati dua ruangan terpisah dengan kode pintu yang berbeda-beda. Saat saya membuka ruangan, dua orang lelaki dan satu perempuan sedang tertidur pulas di ranjang masing-masing. Saya berjalan dan menyeret koper kecil saya dengan hati-hati kemudian meletakkannya tepat di dekat dipan.

Setelah puas beristirahat, saya pergi ke Wallsgreen terdekat untuk membeli makanan. Saya menaruh beberapa botol air dan kudapan dalam. Hmmm…….saya siap menjelajahi Las Vegas Boulevard. Pertama-tama saya berfikir untuk naik bis, namun setelah melihat peta, pikiran saya berubah karena setiap tempat yang ingin saya lihat berdekatan satu sama lain. Semakin ke utara, wajah pohon-pohon palm ditelan gambaran gedung-gedung tinggi yang seluruhnya adalah Casino dan Hotel.



Dari hotel menuju menara Stratosphere saya melihat banyak sekali chapel. Tidak heran kalo kota ini juga mendapat julukan The Capital of Marriage. Kemudian saya berjalan ke Little Singapore, saya melihat gedung mirip seperti Marina Bay Sand namun dengan dua gedung penyangga. Saya memutuskan untuk tidak singgah dan melanjutkan perjalanan ke Little Italy. Arsitektur The Venetian membuat saya ingin melihat ke dalam.Casino dan hotel ini sangat besar, terdiri lebih dari ribuan ruangan. Beberapa kali saya tersesat dan menemukan diri saya di dalam sebuah restaurant indoor beratap langit biru, di restaurant ini mengalir sebuah kanal menuju ke luar gedung. Lagu-lagu dalam Bahasa Italy dinyanyikan nyaring oleh tukang Gondola untuk penumpangnya.



Setelah dari gedung ini saya menyebrang ke Palace of Caesar. Mampir di Casino dan melihat orang-orang bermain judi. Karena saya sangat penasaran, sayapun memberanikan diri masuk ke dalam casino khusus untuk berjudi dalam jumlah besar. Saat saya melewati pintu, semua mata di ruangan tersebut tertuju pada saya, bahkan seorang perempuan bermata sipit berhenti mengacak kartu yang dipegangnya. Laki-laki berjas hitam dengan sopan menghampiri saya. “Can you show me your idea please.” Dengan tenang saya mengambil dompet dan menunjukkan passport saya. “I am not going to play, just wanna look around.” Laki-laki itu tersenyum dan mempersilahkan saya untuk melihat-lihat. Kurang dari sepuluh menit saya keluar dari tempat itu dan masuk ke area terlarang. Area tersebut hanya dikhususkan untuk tamu yang tinggal di hotel tersebut. Lagi-lagi rasa penasaran menyerang dan tak bisa dilawan, sayapun masuk ke Garden of Eden. Tidak ada apel tapi arsitektur yang memukai dan berbagai detail penunjuk arah dan waktu ala romawi kuno sangat kental membuat saya seolah-olah dalam film kolosal. Tempat lain yang menarik di Little Italy adalah The Fountain of Bellagio yang juga merupakan bagian dari Casino dan Hotel The Bellagio. The Fountain of Bellagio menyaksikan atraksi yang sangat menarik. Gerakan air, cahaya dan musik bersatu membentuk tarian air yang menyihir kota pendosa ini menjadi romantis. Saya berdiri di tempat ini cukup lama karena atraksi ini dilakukan selang 30 menit. Biasanya di atas jam 3 sore sampai tengah malam. Saya menonton atraksi ini sampai tiga kali. Karena merasa lelah saya masuk ke dalam taman The Bellagio untuk istirahat sambil minum dan makan kudapan yang saya bawa.



Dari little Italy saya menyebrang ke Menara Eiffell yang tingginya hanya 165 m kemudian berjalan menuju replika gerbang The Arch de Triumphe, gerbang kemenangan kota Paris dan ke the ballon of Paris. Saya tidak memutuskan untuk tidak masuk ke dalam Casino dan Hotel di Little Paris. Dari Paris saya menyebrang ke New York. Replika New York adalah tumpukan gedung-gedung tinggi, patung Lady Liberty, The Capitol dan icon-icon New York lainnya. Di antara tumpukan ini terdapat sebuah roler coaster yang bisa membuat penumpangnya melihat kota New York terbalik. Di dekat gedung-gedung ini juga terdapat replika Brookly Bridge.


Dari New York, saya kembali berjalan ke Excalibur untuk naik monotrail yang akan membawa saya ke The City of Luxor. Kota ini bertemakan Mesir pada zaman kuno. Bangunan Casino dan hotel berbentuk pyramida dan terdapat pula replika patung Spinx yang seakan-akan menjaga makan Firaun. Di sekitar tempat ini berdir Luxor atau jarum Cleoparta yang mengeluarkan cahaya biru pada malam hari. Tempat-tempat di Las Vegas menarik untuk dikunjungi, apalagi untuk wisatawan yang ingin menyaksikan berbagai pertunjukan. Berbagai konser dan pertunjukan artis-artis Hollywood adalah hal yang biasa. 


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Esai AAS: Kamu Melamar Apa atau Siapa?

Anatomi Essay Penerima Beasiswa CCIP

ESSAY REVIEW: Perempuan Penerima Tiga Beasiswa