Mengikuti Geochacher
Hari Sabtu sore saya diajak oleh
teman saya, namanya Ariel Bliss, tahun ini ia genap berumur 25 tahun. Pertama
kali bertemu dengan dia, dia langsung menawarkan bantuan untuk mengantarkan
saya ke Asian Market. Tidak tahu kenapa rasanya langsung akrab, hari itu
resmilah dia menjadi teman Amerika pertama saya. Sore itu kami sama sekali
tidak tahu mau ke mana. Diapun menggoogle jadwal event-event di Cedar Rapids bulan
ini. Pilihan pertama adalah pergi ke danau, pilihan kedua menonton kembang api.
Ariel menyetir kencang keluar dari Kota Cedar Rapids menuju pedesaan. Di
sepanjang jalan perkebunan jagung dan rerumputan terhampar seluas mata
memandang.
Diapun tiba-tiba berhenti di
jalan. “Why do you stop?” tanya saya penasaran. “I am a geochacher”. Tentu saja
saya bingung mendengar jawabannya. Permainan ini sangat asing di telinga saya. Arielpun
melanjutkan penjelasannya tentang permainan tersebut. Geochaching adalah
permainan mencari tabung berisi kertas dan peolpen yang disembunyikan oleh
Geochacher lainnya. Geochaser ini menggunakan Global Positioning System (GPS) untuk mengetahui posisi tabung
berisi kertas kecil yang digulung dan polpen. Untuk menjadi Geochacher harus
menginstall applikasinya. Ada yang gratis dan ada juga yang tidak. Setelah
menyelesaikan penjelasannya kamipun keluar. Dia menemukan tabungnya dan
mengeluarkan kertas dan pensil yang ada di dalamnya, kemudian ia menuliskan
namanya. Tabung-tabung dalam permainan ini paling tidak harus berjarak 500 kaki
satu sama lain. Di setiap kota permainan ini membentuk satu komunitas bahkan
mereka mengadakan seminar dan kelas Geochaching.
Di seluruh dunia ada jutaan Geochacher.
Kamipun melanjutkan perjalanan,
tidak terasa kami memasuki kampung Norway. Ariel belok kanan memasuki
perkampungan sesuai dengan petunjuk GPSnya. Kami menuju bukit yang berada di
balik kampung tersebut. Akhirnya sampailah kami di sebuah pemakaman umum. Di
pemakaman ini ada dua tabung yang harus dia cari. Tabung pertama terletak di
belakang nisan sebuah makam, sedangkan tabung kedua terletak di bawah pohon
dekat tugu yang bertuliskan Norwegian Cemetery.
Ariel terliha puas setelah menyelesaikan misinya.
Rencana kami berubah, kami tidak pergi ke tempat
yang kami rencanakan. Ariel memutuskan untuk pergi Amena, salah satu icon
pariwisata di Iowa. Amena adalah kampung Jerman. Semua bangunan bergaya Jerman.
Di sepanjang jalan di kampung ini tourist akan dimanjakan dengan pusat
pembuatan coklat, pembuatan whine, museum khusus tentang German Colonies dan
semua tentang German. Hotel-hotel terlihat seperti rumah tua. Malam itu kami
tutup dengan makan malam di salah Ronnerberg Restaurant.
Comments
Post a Comment