Menikmati Little Africa di Gili Sunut
Pertama kali saya mengunjungi pulau ini pada tahun 2011 terdapat 109 keluarga. Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai nelayan. Tahun ini saya kembali ke sana, namun yang saya temukan hanya sebuah pulau tanpa penghuni. Sisa-sisa bangunanpun hampir semuanya tertutup semak-semak. Pulai ini semakin alami dan semakin liar. Saya harus berhati-hati, banyak duri tajam yang bisa menggores kulit. Sayapun menelusuri Gili ini. Saya tidak pernah pergi ke Afrika, tapi ketika saya berada di tengah alang-alang coklat, saya merasa seperti mimpi saya terkabul, saya merasa sedang berada di Afrika. Semakin jauh saya berjalan, petualangan saya semakin mengasyikkan. Saya dimanjakan dengan pemandangan pantai yang dikombinasikan dengan padang rumput liar. Dari tempat ini saya bisa melihat para nelayan sedang mencari tangkapannya.
Gili Sunut dicanangkan menjadi salah satu icon wisata daerah Lombok Timur. Penduduknya dipindahkan ke Pulau Lombok dan diberkan rumah yang lebih layak untuk ditempati. Untuk mencapai Gili Sunut gampang-gampang susah. Memang tidak ada transportasi umum yang bisa didapatkan terutama untuk menyebrangi laut. Sebaiknya pergi pada siang hari ketika air surut jadi tidak perlu naik perahu. Daerah ini sangat tidak turistik. Ketika saya menyebrang naik perahu, nelayan tempat saya menumpang tidak mau dibayar. Penduduk sekitar memang sangat innocent belum terpengaruh oleh kehidupan luar. Mereka hidup dari alam dan merasa puas dengan kehidupan mereka.
Untuk mencapai tempat ini,
Mataram-Kediri-Praya-Seganti-Jerowaru adalah route yang paling tepat. Melalui
rute ini dibutuhkan waktu sekitar 2 jam. Jika ada waktu jangan lupa untuk
mampir di Hutan Sengon dan mengabadikan keindaahan Tanjung Belokkeng yang
terletak hanya 10 menit sebelum mencapai Gili Sunut.
Comments
Post a Comment