Penerbangan Domestik Pertama Dengan American Airlines

Apapun bisa terjadi bahkan di negara yang dikenal sangat super well organized. Saat terbang dari Dallas Fort Worth International Airport ke Cedar Rapids Iowa, penerbangan saya ditunda 2 jam dan kemudian dibatalkan karena masalah teknis. Penumpang diminta untuk rebook tiket mereka lagi. Kalau yang kelas bisnis bisa memilih jam penerbangan tapi kalau kelas ekonomi tidak punya banyak pilihan bahkan ada beberapa yang tidak punya pilihan. Semua penumpang tampak kesal kecuali saya, saya sudah tidak punya tenaga setelah 2 hari diperjalanan, nikmati saja, pasti ada surprise dari American Airlines. “You have to take connecting flight via Chicago”. Kata pegawai American Airlines sambil memasukkan data saya ke komputernya. Kemudian dia memberikan saya 2 boarding pass, 5 Voucher. 1 voucher hotel, 2 voucher untuk transportasi dan 2 voucher untuk makan malam dan makan pagi. Saya cukup bingung membacanya. Bentuk dan tulisan voucher-voucher itu sama seperti boarding pass. Saya membacanya baik-baik tapi saya tetap bingung, beruntung ada laki-laki Amerika baik hati yang mau menjelaskan dengan sabar kepada saya, namanya Bill.  Dengan penumpang lainnya kami keluar dari Bandara. Bis dari hotel sudah siap menunggu. Di dalam bis, saya duduk di samping Bill, dia terus menggerutu “I always have problem with American Airlines, I need to be in Cedar Rapid before 8 a.m”. Saya diam saja, tidak tahu mau menjawab apa, saya kasihan tapi saya pikir American Airlines cukup bertanggung jawab. “Kamu travel sendiri?” “Kamu punya keluarga di Iowa?” “Kamu dari mana?” “Did you fly from Indonesia to here?”How long you have been on the way?” lanjutnya setelah menggerutu. Saya menjawab semua pertanyaannya dengan singkat dan jelas. “I feel bad for you” responnya dengan wajah penuh simpati. Sebenarnya saya ingin memberi jawaban lebih panjang terutama tentang Lombok-kampung halaman saya, tapi malam itu terlalu melelahkan untuk promosi. 

Setelah 10 menit berlalu, bis berhenti di depan hotel Super8. Seperti namanya hotel ini memang super, lokasinya hanya 10 menit dari Bandara dan memang sengaja dirancang untuk penumpang yang ingin transit dan beristirahat lebih lama. Sebelum masuk kamar tentu saya harus check-in, saya harus mengantri, antriannya panjang, karena tidak tahan berdiri, saya langsung ke sofa meninggalkan antrian saya, duduk bersandar dan pejemin mata, saya tidak keberatan jadi yang terakhir. “That Chinese girl must be really tired and she travels by herself”. Terdengar suara perempuan paruh baya berbicara tidak tahu dengan siapa. “She is not Chinese, she is Indonesian” kata Bill. Saya senang sekali Bill mengoreksi, saya hampir mau buka mata untuk memberi tahu kalau saya orang Indonesia. 

Di negara ini mengantri adalah budaya yang dijunjung tinggi tapi ternyata bisa berubah. Saat saya buka mata, Bill langsung bilang “I hold this for you, you can go first, everyone is ok with that” Sayapun dipersilahkan langsung ke antrian paling depan. Saya jalan dengan ragu-ragu. Penumpang American Airlines yang lain tersenyum lebar. “You can go first, it’s ok” kata salah satu dari mereka menegaskan lagi. Saat membuka dompet, voucher hotel saya tidak ada. Tidak tahu jatuh di mana. Tiba-tiba tenaga saya pulih, kantuk saya hilang karena panik. "I think I lost it somewhere". Kata saya polos. "Fine" Jawabnya singkat dan memberikan kunci kamar 205 kepada saya. I was shockingly happy.



Comments

  1. And what happen? Knp berenti sampai sini. Tell meeeeeeeeee pliiiiiz

    ReplyDelete
  2. Saya check in, tidur 3 jam, terus ke bandara lagi, naik pesawat lagi ke Chicago hehe, thanks for reading my bloggg Onna.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Esai AAS: Kamu Melamar Apa atau Siapa?

Anatomi Essay Penerima Beasiswa CCIP

ESSAY REVIEW: Perempuan Penerima Tiga Beasiswa